Mohon tunggu...
Agus M. Irkham
Agus M. Irkham Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Biografi

Lahir di Batang, Jawa Tengah. Penulis Biografi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Hasil Swab PCR, Saya Positif!"

14 Agustus 2020   03:19 Diperbarui: 14 Agustus 2020   03:26 3975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

---Kesaksian Seorang Lansia 73 Tahun yang Berhasil Melalui 14 Hari Masa Karantina dan Akhirnya dinyatakan Negatif

Oleh. Nies Endang Mangunkusumo

Hari-hari ini di mana-mana dibicarakan soal Corona atau Covid-19. Tentang virus yang telah menjadi pandemi tersebut, saya ada sedikit cerita tentang pengalaman saya. Tapi sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya pensiunan staf pengajar FKUI, sejak lulus jadi dokter tahun 1972, langsung mengikuti spesialisasi di Bagian THT FKUI-RSCM, dan lulus sebagai spesialis tahun 1976 diterima sebagai staf pengajar Di Bagian THT, dan tidak kemana-mana  sampai pensiun resmi tahun 2015.

Sebagai tambahan saya juga berpraktik swasta di RS Khusus THT Proklamasi 4 kali seminggu.

Rumah Sakit THT tempat saya praktek, melarang praktek dokter senior diatas 65 tahun karena daya tahan sudah berkurang.  Saya yang sudah 7up, termasuk yang tidak bisa praktek. Jadi kegiatan di rumah saja.

Pada suatu sore diakhir bulan Juni, saya ditelpon oleh teman dekat saya, sebut saja namanya SP. Dia minta bantuan karena kakaknya, yang bernama Ibu RP ditemukan pingsan oleh kemenakannya, entah sudah berapa jam tidak ada yang tahu. RP yang berusia 73 tahun tinggal sendiri, dan kebetulan saja keponakannya datang menengok. Saya datang bersama Dr JK yang tinggal di rumah saya. Ternyata, keadaan RP sangat lemah dan parah, sehingga setelah kami berdua memeriksa kondisinya, kami memutuskan RP harus dibawa ke Rumah Sakit. Kesadarannya turun, kondisinya sangat lemah dan tensinya tinggi.

Memang sudah lama Ibu RP menderita hipertensi, jadi menurut diagnosis kami beliau terkena stroke. Cukup sulit juga mencari rumah sakit yang bisa menerima dan menjemput pasien dengan ambulans di masa Covid ini, tetapi akhirnya berhasil dan bisa dimasukkan ke rumah sakit.

Tiga hari kemudian, SP menelpon saya dan mengatakan bahwa keluarga Ibu RP diminta datang ke rumah sakit untuk bertemu dokter yang merawat. Saya diminta mendampingi mereka. 

Oleh dokter yang merawat dijelaskan bahwa pemeriksaan klinis dan foto Rontgen dan CT Scan, ada gejala Covid pada pasien, dan akan diisolasi serta diberikan terapi yang sesuai. Mau tidak mau, keluarga menyetujui  rencana dokter tersebut. Setelah itu, saya mengatakan kepada keluarga yang malam itu membantu Ibu RP,  harus periksa swab PCR semua. Langsung kami berlima, termasuk Dr JK periksa Swab, yang hasilnya keluar esok paginya.

Ternyata 4 dari 5 orang hasilnya PCR positif! Karena tidak ada gejala, kami termasuk kategori OTG (orang tanpa gejala). Langsung kami berempat harus karantina mandiri. Tinggal di rumah masing-masing, tidak boleh bertemu orang. Dr JK yang tinggal di rumah saya, harus di dalam kamarnya. Suami saya yang ingin bertahan tetap tinggal di rumah, terpaksa harus berada di lantai 2. Tidak boleh makan sama-sama, harus pakai masker terus. Pembantu yang tesnya negatif, harus tinggal di luar, dan mengirim makanan matang ditaruh di pagar rumah.

Kata teman saya dokter ZD ahli Covid, saya tidak perlu makan obat, tetapi minum air yang banyak, makan yang sehat, ditambah vitamin C, B, D3, E, dan berjemur matahari antara jam 9-10 selama 30 menit. Tidak lupa saya juga melakukan cuci hidung dengan larutan air garam 4-5 kali sehari dan kumur tenggorok dengan larutan betadin. 

Dan tentu saja dengan tak putus-putus memohon perlindungan Allah. Semua saran saya lakukan dengan semangat, dan setelah 14 hari kami ke Puskesmas untuk periksa swab PCR ulang, yang alhamdulillah hasilnya sudah negatif. Kehidupan di rumah sudah kembali normal. Pembantu sudah boleh masuk dan masak di dalam rumah.

Dengan adanya video call, saya selama karantina masih bisa berkomunikasi dengan anak-anak dan cucu-cucu, dan dengan zoom bisa mengikuti seminar kedokteran, sehingga tidak merasa frustasi atau kesepian.

Jadi, memang benar para senior daya tahannya sudah menurun, sehingga sebaiknya harus selalu melakukan protokol kesehatan yaitu: selalu menggunakan masker kalau keluar rumah, rajin cuci tangan, minum air yang banyak, dan berjemur matahari. Kalau tidak perlu, diam di rumah saja tidak usah kumpul-kumpul dulu dengan keluarga atau teman-teman.

Begitu sedikit cerita dari saya. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dari cerita sederhana ini. Terima kasih. Salam sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun