Atas dasar pemikiran di atas, kami menggelar roadshow atau anjangsana seluruh calon kades ke 9 Dusun ditambah lagi pertemuan dengan pemilih pemula dan Karang Taruna serta Muslimat, Fatayat, Kader PKK, Posyandu, dan Komunitas Ibu-Ibu. Jadi total ada 11 kali pertemuan. Ada tiga menu di tiap roadshow. Yaitu menonton film pendek Pilkades Tanpa Money Politic yang dibuat oleh anak-anak Karang Taruna, perkenalan calon dan dialog.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan besarnya respon warga ketika roadshow. Banyak sekali kritik, tuntutan pertanyaan, dan harapan dari masyarakat kepada calon yang nantinya terpilih menjadi kades. Akhirnya tiap calon “dipaksa” untuk selalu punya ide atau gagasan, cerdas dan taktis dalam menanggapi tiap-tiap pertanyaan dari warga. Sebuah pembelajaran tersendiri untuk para calon.
Hikmah dari kegiatan ini membuat para calon semakin bagus kemampuan komunikasinya. Harapan kami, dialog-dialog seperti ini akan diteruskan dan menjadi tradisi baik yang dijalankan oleh calon terpilih pada saat ia menghimpun masukan dan meminta kritikan dari masyarakat.
Dialog terbuka
Hari terakhir kampanye, kami ambil alih dengan menggelar dialog terbuka. Ini bagian dari bentuk kampanye terbuka bersama. Dialog terbuka calon kades merupakan sebuah terobosan baru dalam rangka mencoba menggairahkan proses demokrasi di tingkat pemerintahan palih bawah. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu media untuk menyebarluaskan profil , visi dan misi calon kepala desa kepada masyarakat yang pada akhirnya dapat dijadikan pertimbangan bagi calon pemilih—terutama yang tidak bisa hadir saat roadshow— dalam menentukan pilihannya. Dialog terbuka ini menjadi ajang kampanye terbuka bersama dalam bentuk pemaparan visi, misi dan program kerja para calon sehingga dapat di dengar oleh seluruh elemen masyarakat yang hadir.
Sistem yang kami terapkan tersebut sekitar dua pekan sebelum—atas permintaan Pemerintah Kabupaten Batang—kami presentasikan di hadapan 47 peserta diklat PIM IV Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Selain itu, Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo, atas inisiatif sendiri, datang ke desa Lebo, untuk memberikan penguatan moral kepada masyarakat dan menanyakan kembali komitmen para calon untuk melaksanakan Pilkades tanpa uang.
Meskipun masih ada pelanggaran komitmen, dari 5 calon, ada 2 calon yang tetap pada komitmennya tidak menggunakan politik uang. Dan rupa-rupanya warga juga belum sepenuhnya bisa merelakan diri untuk tidak menerima amplop atau uangkepyur. Perubahan memang tidak bisa terjadi seketika. Perlu proses panjang, dan proses itu harus dimulai. Siap atau tidak siap. Karena Lahirnya kesadaran, dari money oriented ke program oriented memang serupa munculnya hidayah keimanan. Hanya Tuhan yang bisa melakukannya. Meskipun begitu, hidayah tidak jatuh dari langit begitu saja, ada sebab akibat yang mendahuluinya. Sebab akibatnya melalui jalan ilmu dan pengetahuan. Dalam konteks itu sejatinya ikhtiar-ikhtiar Pilkades tanpa money politic harus terus diupayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H