Mohon tunggu...
Dr. Agus Hermanto
Dr. Agus Hermanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum Keluarga Islam

Dr. Agus Hermanto adalah dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Lampung, selain itu juga aktif menulis buku, jurnal, dan opini. Penulis juga aktif di bidang kajian moderasi beragama, gender dan beberapa kajian kontemporer lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semakin Tua Seharusnya Semakin Harmonis Rumah Tangga

6 Juni 2022   08:20 Diperbarui: 6 Juni 2022   08:30 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin Tua Seharusnya Semakin Harmonis Rumah Tangga

Membangun rumah tangga berarti membuka lembaran baru untuk belajar, dari kehidupan yang awalnya melajang hingga kemudian menjadi hidup bersama dan berdampingan. 

Jika dalam membangun rumah tangga diniati untuk mencari kebahagiaan, maka seharusnya yang terdetik dalam benak hati yang paling dalam adalah bagaimana dengan membangun rumah tangga, bersama dan berdampingan dengan saling menjaga kehormatan masing-masing menjadikan kebahagiaan itu dapat diwujudkan, jangan justru dengan berumah tangga semakin menuntut pasangannya untuk mewujudkan kebahagiaan, karena ketika kita berumah tangga, kebahagiaan itu akan dapat diwujudkan oleh keduanya dan bukan sepihak.

Awal seorang membangun rumah tangga, hingga akhirnya menyatu dalam satu kediaman yang semakin hari seharusnya semakin dipupuk dengan cinta kasih, dan masing-masing akan mendapatkan pelajaran berharga. Masing-masing akan mendapatkan pelajaran tentang bagaimana bisa memberikan kasih dan sayang kepada pasangannya.

Pelajaran penting yang patut kita pelajari dan syukuri adalah hingga kita dianugrahi   cinta kasih yang tiada batas. Jika memacu pada titik ini, yaitu pernikahan berarti belajar mengarungi rumah tangga atau bahtera yang luas, seharusnya semakin hari semakin tahu dan bukan semakin membatu, semakin paham dan bukan semakin saling menghantam, saling mengerti karakter dan watak masing-masing dan upaya untuk memahaminya, bukan justru semakin mengetahui celah buruk dari pasangannya yang kemudian semakin dijadikan upaya untuk mencari argumen tidak adanya kasih sayang dan kecocokan lagi, yang berakhir pada perceraian.

Semakin tua usia pernikahan kita, seharusnya semakin bahagia dan mesra, karena adanya cinta kasih yang dipupuk setiap waktu dan kesempatan.

Berbahagialah bagi kita yang sudah menemukan pasangan hidup, di luar sana masih banyak yang belum menemukan pasangan, berbahagialah dengan hadirnya anak, di luar sana masih banyak yang Allah belum anugrah dari buah kasih sayang yang selama ini kita bina.

Saling harmonis dan bahagia dalam satu kebersamaan dan kesalingan yang dibangun dalam rumah tangga, akan menghadirkan keberkahan yang luar biasa, hingga rizki Allah mudahkan, usia diberkahi, selama kita tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah menjadikan pasangan dan menemukan serta menyatukan kita bukan rekayasa kemanusiaan, melainkan adalah scenario Allah semata.

Hal ini relevan dengan firman Allah, "Jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka" Menjaga diri dengan cara menjaga kehormatan, syahwat nafsu agar senantiasa tidak liar, menjaga keluarga agar kita semakin open pada tanggung jawab kita masing-masing serta peran kita dalam rumah tangga, baik suami maupun istri, hingga Allah datangkan barokah dalam rumah tangga kita.

Membangun rumah tangga berarti mengurus rumah tangga agar bahagia, bukan justru menjadi urusan rumah tangga hingga menjadi penghambat tercapai bahagianya rumah tangga. Membangun rumah tangga bukan berarti open dengan tetangga, hingga segala tingkah laku dan strategi rumah tangga orang lain terlebih tetangga menjadi urusan kita.

Jika merujuk pada sebuah argumen bahwa ketika kita menikah, membangun rumah tangga berarti kita membuka lembaran baru, justru bagaimana lembaran itu tetap menjadi baru, bukan justru mencari argumen untuk senantiasa membuka lembaran baru lagi, hingga keluarga kocar-kacir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun