Pendahuluan
Suatu siang, saya sedang duduk bersama beberapa rekan kerja di kantor. Suasana santai, sampai tiba-tiba seorang teman yang duduk persis di depan saya mendapat telepon dari nomor tak dikenal.Â
Suara di seberang terdengar tegang dan penuh kepanikan, mengabarkan bahwa anaknya yang sedang sekolah mengalami kecelakaan serius.
"Anak ibu mengalami kecelakaan di sekolah. Kepalanya terbentur dan sekarang sedang dirawat di ICU rumah sakit," ujar suara itu dengan nada mendesak.
Yang mengejutkan, si penelepon tahu detail yang cukup lengkap nama anak, sekolah, bahkan informasi pribadi lainnya yang seharusnya tidak mudah diakses oleh orang asing. Saya bisa melihat ekspresi terkejut di wajah teman saya, tetapi yang mengejutkan lagi, dia tidak panik.Â
Dengan tenang, dia menyalakan mode loudspeaker agar kami semua bisa mendengar percakapan itu. Dengan nada santai, ia malah mengajak si penelepon bercanda, bertanya dengan nada skeptis sambil menahan tawa.
"Oh ya? Di rumah sakit mana ya? Kalau betul saya segera ke sana," katanya.
Percakapan itu berlanjut beberapa saat hingga si penelepon akhirnya menutup teleponnya dengan tergesa-gesa, mungkin menyadari bahwa taktiknya gagal.Â
Segera setelah itu, teman saya langsung menghubungi pihak sekolah untuk memastikan kondisi anaknya. Hasilnya? Anaknya baik-baik saja, tidak ada insiden apa pun di sekolah.
Fenomena Kebocoran Data di Era Digital