Kritik tersebut sering kali tidak diimbangi dengan pengakuan atas kontribusinya. Misalnya, pembinaan pemain muda, peningkatan mentalitas pemain, dan keberhasilan membawa timnas ke level yang lebih kompetitif dalam beberapa turnamen besar seperti Piala AFF dan SEA Games.
Namun di tengah kritik tersebut, STY tetap teguh. Ia terus bekerja keras membangun pondasi yang solid, meski sering kali tidak terlihat di permukaan. Keberanian STY mempercayai pemain muda juga menjadi langkah yang revolusioner, meskipun pada saat itu kurang diapresiasi.
Pengakuan yang Datang Terlambat
Ketika masa jabatan STY berakhir dan ia tidak lagi memimpin timnas, barulah banyak pihak menyadari betapa besar kontribusinya. Dalam retrospeksi, penggemar sepak bola mulai menghargai dampak yang ia bawa: Bagaimana ia berhasil meningkatkan mental juara para pemain, mengubah gaya bermain tim menjadi lebih modern, dan memberi kesempatan kepada pemain muda untuk bersinar di level internasional.
Fenomena ini sering disebut sebagai retrospective appreciation atau penghargaan yang datang terlambat. Ketika seseorang masih ada di dekat kita, sering kali kita hanya fokus pada kekurangan atau kesalahan kecilnya. Baru ketika ia pergi, kita merasakan kehilangan dan mulai mengenang hal-hal baik yang telah ia lakukan.
Belajar dari Fenomena STY
Fenomena yang terjadi pada STY bukanlah hal baru. Ini adalah cerminan dari bias negatif yang sering kali kita miliki sebagai manusia. Kita cenderung lebih mudah melihat kekurangan dibandingkan kebaikan, terutama dalam situasi yang penuh tekanan seperti dunia olahraga. Namun, kehilangan STY seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Dalam kehidupan, baik itu di dunia olahraga, pekerjaan, atau hubungan personal, kita sering kali lupa untuk menghargai mereka yang ada di sekitar kita. Kita terlalu sibuk mencari kesalahan tanpa memberi apresiasi atas usaha dan kontribusi yang telah mereka berikan. Ketika akhirnya mereka pergi, kita baru menyadari betapa besar peran mereka dalam hidup kita.
Membangun Budaya Apresiasi
Kepergian STY dari timnas Indonesia seharusnya menjadi momen refleksi bagi kita sebagai penggemar sepak bola, bahkan sebagai masyarakat secara umum. Mari kita mulai membangun budaya apresiasi, bukan hanya untuk hal-hal besar, tetapi juga untuk usaha kecil yang sering kali terlewatkan. Sebab siapa tahu hal yang kita anggap biasa saja hari ini, bisa menjadi sesuatu yang sangat dirindukan di masa depan.
Shin Tae yong telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam perjalanan sepak bola Indonesia. Kini saatnya kita menjaga dan melanjutkan apa yang telah ia mulai, sambil belajar untuk lebih menghargai orang-orang yang sedang berjuang di sekitar kita, sebelum mereka benar-benar pergi.