Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Melarikan Diri dari Hiruk Pikuk Kota, Menemukan Kedamaian di Kampung Halaman

19 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 24 Desember 2024   16:57 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kampung Halaman Cisalak-Subang (Sumber: Dokumen Pribadi)

Ketika kehidupan di kota seperti Bekasi menuntut ritme cepat, selalu ada kerinduan untuk melarikan diri ke tempat yang lebih tenang. Sebagai seorang pendatang yang kini tinggal di Bekasi, saya sering merasa terbebani oleh hiruk pikuk kota yang terus-menerus memacu kecepatan hidup. 

Di tengah segala kesibukan dan tuntutan fast living, ada satu tempat yang selalu menjadi pelarian sempurna yaitu kampung halaman saya di Cisalak, Subang, Jawa Barat.

Foto Kantor Kecamatan Cisalak-Subang (Sumber: Dokumen Pribadi)
Foto Kantor Kecamatan Cisalak-Subang (Sumber: Dokumen Pribadi)

Cisalak, sebuah kota kecil yang dikelilingi sawah hijau dan pegunungan, menyajikan keheningan dan kesederhanaan yang sulit ditemukan di kota besar. Setiap akhir pekan atau ketika ada waktu luang, saya sering menyempatkan diri untuk pulang kampung. 

Pesawahan Cisalak-Subang (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pesawahan Cisalak-Subang (Sumber: Dokumen Pribadi)


Perjalanan menuju desa ini selalu memberikan rasa lega dan harapan, seolah waktu berjalan lebih lambat ketika memasuki wilayah Cisalak.

Menghidupkan Kembali Kenangan Masa Kecil

Salah satu momen terbaik di kampung halaman adalah bertemu teman-teman masa kecil yang masih hidup dengan cara sederhana. Bersama mereka saya sering kembali menjalani aktivitas yang dulu menjadi rutinitas menyenangkan seperti memancing di sungai kecil yang mengalir di tepi sawah, atau mencari belut di sawah berlumpur. 

Aktivitas-aktivitas inilah yang sangat menghibur, dan membawa saya pada momen-momen masa lalu yang juga mengingatkan akan pentingnya hubungan kita dengan alam.

Di kota, kegiatan sehari-hari sering kali diwarnai oleh jadwal yang ketat dan teknologi yang tidak terpisahkan. Namun di Cisalak, kehidupan berjalan dengan ritme alami. 

Tidak ada bunyi klakson mobil atau hiruk pikuk jalan raya, yang ada hanya suara burung berkicau, gemericik air sungai, dan desiran angin di antara pepohonan.


Kehidupan Slow Living di Cisalak

Meskipun hanya sesaat, waktu yang saya habiskan di kampung halaman benar-benar mencerminkan konsep slow living. Dalam beberapa hari, saya merasakan kedamaian yang luar biasa, jauh dari tekanan pekerjaan dan kehidupan perkotaan. 

Slow living benar-benar mencerminkan kwalitas waktu tersebut yang saya habiskan sangat berarti dan membekas, juga tentang menikmati momen-momen sederhana dengan penuh rasa syukur.

Di Cisalak, saya tidak perlu memikirkan email yang menumpuk atau jadwal rapat yang padat. Sebaliknya, saya bisa sepenuhnya hadir di momen tersebut: Menghirup udara segar, berbincang dengan keluarga, atau menikmati masakan tradisional seperti nasi liwet di atas daun pisang yang dimasak oleh ibu saya. Semua ini memberikan rasa syukur atas kehidupan yang saya miliki.

Dokumentasi yang Mengabadikan Kenangan

Sebagai seorang blogger dan YouTuber, saya selalu membawa kamera untuk mendokumentasikan keindahan kampung halaman. Video-video ini menjadi kenangan, serta sarana untuk berbagi cerita dengan teman-teman dan pembaca. 

Saya telah merekam berbagai momen, mulai dari matahari terbit di atas sawah, hingga kegiatan terbangun di tengah malam dan menikmati heningnya malam di bawah sinar rembulan.


Dokumentasi ini juga menjadi pengingat bahwa ada keindahan sederhana yang masih bisa dinikmati di tengah modernitas. Lewat video-video tersebut, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk meluangkan waktu dan menemukan "tempat pelarian" mereka sendiri, tempat ketika kita bisa merasa tenang dan mengingat keagungan Sang Maha Pencipta.

Menyeimbangkan Hidup

Kembali ke Bekasi setelah pulang kampung selalu membawa perasaan yang berbeda. Saya merasa lebih segar, lebih siap menghadapi tantangan hidup, dan lebih bersyukur atas apa yang saya miliki. Pulang kampung menjadi semacam "pengisian ulang" energi, memberikan keseimbangan antara kehidupan fast living di kota dan slow living di desa.

Bagi saya, melarikan diri dari hiruk pikuk kota adalah sebuah renungan untuk menemukan kedamaian dan makna hidup. Cisalak adalah tempat saya bisa menghirup udara segar, menyatu dengan alam, dan merasakan kembali esensi kehidupan yang sederhana namun bermakna.

Penutup

Jika Anda sedang mencari kota terbaik untuk slow living, mungkin jawabannya tidak harus selalu berupa destinasi wisata populer atau tempat dengan fasilitas mewah. Kadang tempat terbaik adalah kampung halaman sendiri ketika kehangatan keluarga, keindahan alam dan kenangan masa kecil menjadi obat bagi jiwa yang lelah. 

Jadi luangkanlah waktu untuk pulang kampung, nikmati momen-momen sederhana dan rasakan bagaimana slow living bisa memberikan kedamaian di tengah kehidupan modern yang serba cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun