Saya pun mulai penasaran, apakah ada dasar ilmiah di balik klaim-klaim ini?
Ketika Sains Bertemu Tradisi
Benalu teh yang secara ilmiah dikenal sebagai Viscum articulatum, adalah bagian dari keluarga benalu yang tumbuh di berbagai jenis pohon termasuk teh. Penelitian tentang khasiat benalu sebenarnya sudah dilakukan di beberapa negara, terutama untuk jenis Viscum album yang digunakan dalam terapi kanker di Eropa.
Namun, bagaimana dengan benalu teh? Beberapa studi awal menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung zat bioaktif seperti:
- Flavonoid: Senyawa antioksidan yang membantu melawan radikal bebas.
- Alkaloid: Bahan aktif yang berpotensi menurunkan kadar gula darah.
- Tanin: Senyawa yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk melindungi sel tubuh.
Sayangnya penelitian mendalam tentang benalu teh, terutama uji klinis pada manusia masih sangat terbatas. Klaim-klaim yang berkembang saat ini lebih banyak didasarkan pada pengalaman empiris masyarakat dibandingkan bukti ilmiah.
Proses yang Tak Mudah
Menemukan benalu teh dianggap sebuah keberuntungan. Ketika saya menanyakan kepada Ace bagaimana mereka menemukannya, dia hanya tersenyum.
"Biasanya, kita lihat dari pohon teh yang daunnya mulai lebat di salah satu cabang tertentu. Kalau diperiksa lebih dekat, kadang-kadang ada benalu tumbuh di situ. Tapi sekarang jarang banget, karena pohon teh sering dipangkas," jelasnya.
Setelah ditemukan daun benalu dikeringkan, dihaluskan, lalu diseduh seperti teh biasa. Rasanya pahit, jauh dari teh manis yang biasa saya nikmati di pagi hari. Namun, ada kepuasan tersendiri saat meminum hasil alam yang jarang ditemukan.
Menyelaraskan Tradisi dan Pengetahuan Modern
Cerita tentang benalu teh adalah contoh bagaimana tradisi lokal sering kali menyimpan potensi yang belum sepenuhnya terungkap oleh sains. Di satu sisi kita perlu menghormati kepercayaan yang tumbuh di masyarakat, namun di sisi lain penting untuk memahami bahwa tidak semua klaim memiliki dasar ilmiah yang kuat.