Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

UN Perlukah Dilanjutkan atau Dihapuskan?

13 November 2024   11:16 Diperbarui: 13 November 2024   11:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ujian Nasional(KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTO) via Kompas.com 

3. Ujian Nasional Sebagai Alat Pemetaan, Bukan Penentu Kelulusan

UN bisa difungsikan kembali sebagai alat pemetaan kualitas pendidikan tanpa menjadikannya penentu kelulusan. Artinya, hasil UN bisa menjadi referensi bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai wilayah, sementara kelulusan siswa lebih dipengaruhi oleh evaluasi sekolah yang mencakup aspek akademis, keterampilan, dan sikap.

4. Pemberdayaan Guru dalam Penilaian dan Pembinaan Siswa

Guru dapat dilibatkan lebih aktif dalam evaluasi siswa, yang mencakup asesmen akademis dan non-akademis. Dengan demikian, guru memiliki peran sentral dalam menentukan kelulusan siswa berdasarkan perkembangan individu siswa di berbagai aspek, bukan hanya akademik.

5. Menggabungkan Teknologi dalam Asesmen

Teknologi dapat mendukung evaluasi dengan cara yang lebih inovatif, seperti penilaian adaptif atau simulasi. Dengan metode ini, siswa dapat menunjukkan keterampilan dan kemampuan dalam konteks yang lebih relevan dengan dunia nyata.

Kesimpulan

Pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia memiliki sisi positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan dengan seksama. Sistem pendidikan saat ini membutuhkan evaluasi yang tidak hanya mengukur kemampuan akademik, tetapi juga memperhatikan pengembangan karakter, keterampilan hidup, dan kesehatan mental siswa. 

Mengembalikan UN sebagai penentu kelulusan mungkin bukan solusi terbaik, namun menyesuaikannya sebagai alat evaluasi tambahan dengan penekanan pada integritas dan kompetensi bisa menjadi jalan tengah yang bijaksana.

Indonesia dapat memanfaatkan praktik terbaik dari negara lain, seperti evaluasi berkelanjutan dan asesmen berbasis proyek, yang lebih holistik dan relevan dengan kebutuhan siswa di masa depan. Dengan demikian, standar pendidikan nasional tetap terjaga, sementara siswa dan guru memperoleh lingkungan yang mendukung pengembangan potensi secara menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun