1. Kembali ke Pembelajaran Tatap Muka: Banyak siswa merasa lebih nyaman kembali belajar di kelas secara langsung, mengurangi ketergantungan pada aplikasi bimbel daring.
2. Kelelahan Belajar Daring: Pandemi meninggalkan dampak berupa kelelahan belajar secara daring. Siswa dan orang tua kini lebih selektif dalam memilih metode belajar yang seimbang antara tatap muka dan online.
3. Pergeseran Kurikulum dan Kebutuhan Belajar: Kurikulum Merdeka yang lebih menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan kreativitas mengubah pola belajar siswa. Platform bimbel daring yang sebelumnya berorientasi pada pengajaran berbasis hafalan kini harus menyesuaikan metode pengajaran agar relevan dengan kurikulum ini.
4. Ekonomi dan Penyesuaian Anggaran Orang Tua: Biaya langganan di platform EdTech juga menjadi pertimbangan bagi orang tua yang kini memiliki banyak pilihan materi belajar gratis di internet. Sumber belajar mandiri yang luas membuat siswa tak lagi bergantung sepenuhnya pada bimbel daring.
Peluang Inovasi di Industri Bimbel: Bertahan atau Berkembang?
Meskipun sektor bimbel mengalami tekanan, ini sebenarnya membuka peluang bagi mereka yang mampu berinovasi. Beberapa strategi yang bisa diambil oleh bimbel konvensional maupun platform daring antara lain:
Diversifikasi Layanan: Bimbel dapat menawarkan program yang lebih luas daripada sekadar persiapan ujian, seperti kelas keterampilan digital, pengembangan minat dan bakat, serta keterampilan abad ke-21. Diversifikasi layanan ini dapat menjangkau lebih banyak siswa yang tertarik untuk belajar secara holistik.
Model Pembelajaran Hybrid: Dengan model hybrid, bimbel bisa menggabungkan metode pembelajaran tatap muka dan daring, memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi siswa sekaligus mengurangi kelelahan belajar daring.
Penekanan pada Pembelajaran yang Interaktif dan Kolaboratif: Untuk menarik minat siswa, bimbel harus mengembangkan metode pengajaran yang lebih interaktif, menggunakan teknologi dan simulasi yang dapat membuat proses belajar lebih menarik. Pengajaran yang berfokus pada problem-solving dan diskusi kolaboratif juga sejalan dengan Kurikulum Merdeka.
Biaya yang Kompetitif: Menyediakan program yang terjangkau dengan skema pembayaran yang fleksibel dapat membantu menarik minat lebih banyak siswa. Diskon untuk siswa dari kalangan ekonomi lemah atau kolaborasi dengan pemerintah lokal untuk program beasiswa juga bisa menjadi pilihan.
Kembalinya UN: Menjadi Angin Segar atau Sekadar Formalitas?