Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tantangan dan Peluang Bimbingan Belajar di Tengah Wacana Pengembalian Ujian Nasional

8 November 2024   20:05 Diperbarui: 8 November 2024   21:45 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan: Mengapa Ujian Nasional dan Bimbel Tak Terpisahkan

Wacana pengembalian Ujian Nasional (UN) telah kembali menyeruak dalam dunia pendidikan di Indonesia, membawa angin segar sekaligus kekhawatiran bagi banyak pihak. Salah satu sektor yang paling terdampak oleh keputusan terkait UN ini adalah industri bimbingan belajar atau bimbel. 

Sebelum UN dihapus pada 2021, bimbel merupakan pilihan utama bagi siswa yang ingin mencapai hasil maksimal di ujian besar tersebut, bahkan industri ini tumbuh pesat, menjangkau siswa di kota-kota besar hingga daerah. Tetapi sejak UN dihapus, bimbel konvensional maupun bimbel daring mengalami perubahan drastis dalam tingkat permintaan.

Seiring kembalinya pembelajaran tatap muka dan tantangan baru di era teknologi, bagaimana masa depan industri bimbel di Indonesia? Apakah wacana pengembalian UN mampu menghidupkan kembali bisnis bimbel seperti dahulu, atau justru membuka peluang bagi inovasi baru?

Menilik Penyebab Lesunya Bimbel Konvensional

Penghapusan UN menjadi pukulan berat bagi banyak lembaga bimbel konvensional yang fokus pada persiapan ujian ini. Permintaan menurun drastis, terutama di kalangan siswa dan orang tua yang tidak lagi menganggap bimbel sebagai kebutuhan mendesak. 

Selain itu, faktor-faktor lain seperti munculnya platform pembelajaran daring (EdTech), pergeseran kebutuhan belajar, dan tingginya biaya operasional bimbel konvensional juga membuat persaingan semakin ketat.

Beberapa faktor utama yang membuat bimbel konvensional sepi peminat antara lain:

  • Ketergantungan pada Model Pembelajaran Tradisional: Bimbel konvensional masih banyak yang menggunakan metode belajar tatap muka, sementara banyak siswa kini lebih memilih fleksibilitas belajar daring.
  • Persaingan dari EdTech: Platform daring seperti Ruangguru dan Zenius menawarkan konten yang interaktif, mudah diakses, dan sering kali lebih terjangkau dibandingkan bimbel fisik.
  • Biaya yang Tinggi: Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, biaya bimbel konvensional yang relatif lebih tinggi menjadi kendala bagi sebagian besar orang tua.

Bimbel Daring: Solusi atau Tantangan Baru?

Platform bimbel daring seperti Ruangguru sempat mendominasi pasar, terutama saat pandemi melanda dan pembelajaran daring menjadi satu-satunya opsi. Namun, setelah pandemi mereda, platform bimbel daring juga menghadapi sejumlah tantangan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun