Banyak yang merasa bahwa kebahagiaan dan pencapaian diri tidak harus melalui pernikahan. Di media sosial dan lingkungan sekitar, mereka lebih sering terpapar dengan gaya hidup individu yang mandiri, mengembangkan karier, hobi, dan gaya hidup sehat, yang semuanya memberi mereka kebahagiaan tanpa pernikahan.
3. Tekanan Sosial dan Budaya Pekerjaan
Tidak hanya di negara maju, di Indonesia pun banyak anak muda menghadapi tekanan pekerjaan yang tinggi. Budaya kerja yang kompetitif membuat mereka harus menghabiskan sebagian besar waktu dan energi untuk pekerjaan, sehingga menyisakan sedikit ruang untuk membangun hubungan yang serius atau membina keluarga.Â
Mereka khawatir pernikahan bisa mengganggu perkembangan karier atau membatasi kebebasan dalam mengambil keputusan karier.
4. Meningkatnya Biaya Hidup dan Pendidikan Anak
Ketidakpastian ekonomi, naiknya biaya hidup, dan mahalnya pendidikan anak juga menjadi faktor yang membuat generasi muda enggan untuk terburu-buru menikah. Banyak yang khawatir tidak mampu memberi kehidupan yang layak untuk anak di masa depan jika mereka menikah tanpa persiapan finansial yang kuat.
Apakah Indonesia Akan Mengalami Penurunan Populasi?
Tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat populasi dan pemerintah, terutama ketika melihat apa yang terjadi di negara-negara seperti Jepang, yang mengalami penurunan angka kelahiran dan populasi. Di Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa, penurunan angka pernikahan menyebabkan rendahnya angka kelahiran, yang pada gilirannya berkontribusi pada penurunan populasi.Â
Pemerintah negara-negara tersebut sekarang harus berjuang dengan populasi yang menua, kekurangan tenaga kerja muda, dan tekanan pada sistem kesejahteraan.
Indonesia mungkin masih jauh dari situasi ini, tetapi tanda-tanda awal sudah mulai terlihat. Jika tren menunda pernikahan dan menurunnya angka pernikahan berlanjut, Indonesia bisa menghadapi tantangan serupa dalam beberapa dekade mendatang.
Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Tren Ini