Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nostalgia Kemeja H&M dan Sritex, Tantangan Industri Tekstil Indonesia

3 November 2024   19:04 Diperbarui: 4 November 2024   15:09 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha) via Kompas.com

Masih jelas dalam ingatan saya, momen-momen ketika kemeja H&M mendominasi mall-mall era tahun 2010-an.

Itu tahun-tahun saat saya masih berstatus bujangan dan senang tampil necis, terutama ketika hang out dengan teman-teman. 

Di tahun-tahun itu, H&M merupakan pakaian yang trendi dan harga yang terjangkau bagi anak muda yang haus akan gaya terbaru.

Setiap kali memakainya, ada rasa percaya diri yang muncul dan membuat hari lebih cerah.

Pengalaman di atas adalah pengalaman semasa hidup membujang, yang masih akrab dengan penampilan necis yang saya kaitkan dengan merek terkenal H&M yang ada andil Sritex di dalamnya.

H&M merupakan salah satu klien besar PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Sritex adalah perusahaan tekstil dan garmen yang memproduksi produk untuk berbagai retailer fashion ternama di dunia. 

Bayangkan, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) perusahaan tekstil lokal yang sudah berdiri sejak 1966 dan menjadi kebanggaan nasional karena kualitas dan jangkauannya kini dinyatakan pailit.

Sritex bukan perusahaan sembarangan, ia adalah perusahaan yang melanglang buana dengan memasok seragam militer hingga ke NATO. 

Rasanya aneh dan menyedihkan mengetahui perusahaan besar seperti Sritex, harus jatuh di tengah gelombang pasar global yang kian tak bersahabat. 

Dikutip dari Kompas.com tanggal 02-11-2024: "Perusahaan harus menanggung utang sebesar 1,597 miliar dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 25 triliun (kurs saat ini Rp 15.600)."

Industri tekstil Indonesia telah menjadi sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional selama puluhan tahun.

Selain menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk ekspor, sektor ini juga menyerap banyak tenaga kerja dan mendukung industri-industri lain di hulu maupun hilir. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, industri tekstil nasional menghadapi tantangan besar yang mengancam kelangsungannya.

Salah satu tantangan terbesar adalah membanjirnya produk tekstil impor yang masuk dengan harga sangat murah, yang membuat produsen lokal kesulitan bersaing. 

Berikut ini adalah beberapa tantangan dari berbagai faktor dan dampak yang dihadapi oleh industri tekstil Indonesia saat ini.

1. Membanjirnya Produk Tekstil Murah dari Luar Negeri

Produk tekstil impor, terutama dari negara seperti China, membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang jauh lebih murah.

Hal ini membuat banyak konsumen lokal lebih memilih produk impor dibandingkan produk lokal yang harganya relatif lebih tinggi.

Imbasnya, produsen tekstil dalam negeri, terutama yang berskala kecil dan menengah, kesulitan bersaing dan harus menghadapi penurunan permintaan yang signifikan.

2. Pengaruh Perjanjian Perdagangan Bebas

Indonesia telah menandatangani sejumlah perjanjian perdagangan bebas, yang memungkinkan produk impor masuk dengan bea masuk rendah atau bahkan bebas bea.

Meskipun langkah ini membuka akses pasar ekspor bagi produk Indonesia, di sisi lain hal ini membuat produk tekstil impor semakin murah dan mudah dijangkau oleh konsumen dalam negeri. 

Konsekuensinya, industri tekstil nasional harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya di dalam negeri.

3. Tingginya Biaya Produksi di Dalam Negeri

Salah satu faktor yang membuat produk tekstil lokal sulit bersaing adalah tingginya biaya produksi di Indonesia.

Mulai dari bahan baku, energi, upah tenaga kerja, hingga biaya logistik, semuanya relatif mahal dibandingkan negara-negara produsen tekstil lainnya seperti Bangladesh, Vietnam, dan China. 

Bahkan kenaikan upah minimum dan biaya listrik turut menambah beban biaya produksi.

Kondisi ini memaksa produsen untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi agar dapat menutupi biaya, yang sayangnya membuat produk lokal semakin sulit bersaing dengan produk impor yang lebih murah.

4. Kurangnya Inovasi dan Pengembangan Produk

Beberapa pelaku industri tekstil lokal menghadapi kendala dalam melakukan inovasi dan pengembangan produk.

Keterbatasan teknologi dan sumber daya seringkali membuat produk lokal kurang beragam atau kurang sesuai dengan tren terbaru. 

Konsumen modern cenderung mencari produk yang up to date, baik dari sisi desain maupun kualitas.

Akibatnya, produk lokal seringkali kalah saing dengan produk impor yang lebih inovatif dan menarik dari segi desain.

5. Digitalisasi dan Perubahan Tren Konsumen

Dalam beberapa tahun terakhir, industri tekstil global telah bertransformasi ke arah digital dan e-commerce.

Sayangnya, sebagian industri tekstil Indonesia masih tertinggal dalam adopsi teknologi digital, terutama produsen kecil dan menengah. 

Mereka belum sepenuhnya beralih ke pemasaran digital, sehingga produk mereka kurang terlihat dan terjangkau bagi konsumen yang semakin banyak berbelanja secara online.

6. Ketatnya Persaingan di Pasar Ekspor

Di pasar ekspor, produk tekstil Indonesia juga menghadapi persaingan yang ketat dari negara-negara produsen lainnya.

Bangladesh, Vietnam, dan China adalah beberapa negara yang menjadi pesaing kuat dalam industri tekstil. 

Mereka memiliki biaya produksi yang lebih rendah dan kemampuan untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi.

Kondisi ini menuntut produsen tekstil Indonesia untuk terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi agar tetap dapat bersaing di pasar internasional.

Dampak dari Tantangan yang Dihadapi

Tantangan-tantangan di atas berdampak besar pada keberlangsungan industri tekstil dalam negeri. Banyak produsen, terutama skala kecil dan menengah, terpaksa menutup usaha mereka karena tidak mampu bersaing. 

Kondisi ini berdampak pada sektor ketenagakerjaan, mengingat industri tekstil dan garmen merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.

Industri yang seharusnya menjadi pilar perekonomian justru mengalami kemunduran, yang pada gilirannya mempengaruhi kesejahteraan masyarakat yang bergantung padanya.

Upaya untuk Bertahan dan Meningkatkan Daya Saing

Meski dihadapkan dengan berbagai tantangan, beberapa perusahaan besar seperti PT. Sritex masih berupaya untuk bertahan.

Pemerintah pun masih berusaha supaya Sritex bangkit kembali, perusahaan tekstil terbesar di Indonesia ini tentunya harus terus berinovasi dan mencari peluang di pasar internasional. 

Dengan mengandalkan produk berkualitas tinggi, efisiensi produksi, dan adopsi teknologi digital, perusahaan besar seperti Sritex diharapkan untuk tetap relevan di tengah persaingan yang ketat.

Kesimpulan

Industri tekstil Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, namun tantangan dari membanjirnya produk impor, tingginya biaya produksi, dan ketatnya persaingan global membuat industri ini berada di bawah tekanan berat. 

Dukungan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan kesadaran konsumen untuk mendukung produk lokal dapat menjadi kunci agar industri tekstil Indonesia dapat kembali bangkit dan bersaing di pasar global. 

Pada akhirnya sinergi antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil nasional yang telah lama menjadi kebanggaan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun