Pada film Smile, perbatasan antara kenyataan dan delusi kabur. Adegan-adegan yang tampaknya nyata bisa saja menjadi halusinasi, dan ini menambah kesan horor psikologis yang mendalam dalam cerita.
Menilai lebih lanjut film ini juga memancing pertanyaan yang semakin besar tentang kondisi mental di dunia nyata, terutama dalam konteks seperti perundungan atau fenomena doom spending yang semakin umum di masyarakat modern.Â
Doom spending, sebuah perilaku menghabiskan uang secara impulsif dalam situasi krisis atau stres emosional, sering kali menjadi salah satu bentuk pelarian dari kenyataan yang menyakitkan. Ini mirip dengan bagaimana trauma di film Smile menyusup ke dalam kehidupan Rose, menyebabkan dia melakukan tindakan-tindakan yang di luar kendali rasionalnya.
Kesimpulanya film ini memberikan gambaran tentang bagaimana trauma dan rasa cemas dapat mempengaruhi seseorang secara perlahan namun pasti. Film ini mengangkat isu-isu psikis, terutama dalam konteks masyarakat yang semakin sadar akan kesehatan mental.Â
Film ini berusaha menggali lebih dalam ketakutan manusia yang paling mendasar adalah ketidakmampuan untuk memisahkan kenyataan dari ilusi, serta dampak trauma yang terus berulang.
Secara keseluruhan film Smile menggambarkan trauma dan teror dari sudut pandang horor, dan memberikan pesan yang relevan mengenai bagaimana trauma psikis yang tidak ditangani dapat berdampak besar pada perilaku dan kesehatan mental seseorang. Ini mencerminkan dinamika yang sama dalam fenomena doom spending, perundungan, dan bentuk lain dari tekanan psikologis yang sering kali memicu perilaku destruktif. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H