Film tidak menonjolkan ekploitasi syahwat mesti dalam alur cerita filmnya kasus ini terjadi, bahkan saya tidak menemukan adegan berciuman ala film dewasa sekalipun seperti pada film-film di negara lain pada umumnya.
Kesimpulannya saya menilai film negara tetangga kita ini masih menjaga dengan baik nilai-nilai budaya ketimurannya, meski dalam film laga orang dewasa sekalipun. Meski adegan kekerasan perkelahian, merokok ditunjukan oleh beberapa peran antagonis yang memang menunjukan identitasnya sebagai penjahat.
Kata-kata sumpah serapah itu memang ada pada setiap bahasa, termasuk pada bahasa malaysia tapi tidak kedengaran segitunya seperti yang sering kita dengar dari mulut-mulut kotor di sekitar kita.
Harapan terakhir saya sebagai perwakilan orang timur khususnya negara kita tercinta Indonesia, berharap sensor film kita diperketat untuk meminimalisir bahasa anak-anak kita yang kadang saya mendengarnya seperti terlalu liar.
Sebagai insan pendidik saya prihatin dengan bahasa-bahasa yang tidak sepantasnya keluar dari mulut anak-anak kita, tapi kondisinya begitu masif meski mereka masih memandang kita sebagai orangtua dan hanya menggunakan bahasa seperti itu dengan teman sebayanya.
Begitu pula dengan adegan yang berkaitan dengan syahwat, sebagai orang timur saya pikir adegan dalam film dewasa sekalipun tidak usah diperlihatkan detilnya, cukup tunjukan kalau memang hal itu terjadi secara tersirat atau tersurat.
Saya pikir dengan memperhatikan hal-hal di atas, tidak akan mengurangi kwalitas film bahkan bisa menunjukan bahwa kita manusia yang lebih beradab dengan budaya ketimurannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H