Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menilai Film Malaysia Sheriff Narcotics & Integrity

9 September 2024   08:12 Diperbarui: 12 Oktober 2024   01:30 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar akun Netflix (dokpri)

Film tidak menonjolkan ekploitasi syahwat mesti dalam alur cerita filmnya kasus ini terjadi, bahkan saya tidak menemukan adegan berciuman ala film dewasa sekalipun seperti pada film-film di negara lain pada umumnya.

Kesimpulannya saya menilai film negara tetangga kita ini masih menjaga dengan baik nilai-nilai budaya ketimurannya, meski dalam film laga orang dewasa sekalipun. Meski adegan kekerasan perkelahian, merokok ditunjukan oleh beberapa peran antagonis yang memang menunjukan identitasnya sebagai penjahat.

Kata-kata sumpah serapah itu memang ada pada setiap bahasa, termasuk pada bahasa malaysia tapi tidak kedengaran segitunya seperti yang sering kita dengar dari mulut-mulut kotor di sekitar kita.

Harapan terakhir saya sebagai perwakilan orang timur khususnya negara kita tercinta Indonesia, berharap sensor film kita diperketat untuk meminimalisir bahasa anak-anak kita yang kadang saya mendengarnya seperti terlalu liar.

Sebagai insan pendidik saya prihatin dengan bahasa-bahasa yang tidak sepantasnya keluar dari mulut anak-anak kita, tapi kondisinya begitu masif meski mereka masih memandang kita sebagai orangtua dan hanya menggunakan bahasa seperti itu dengan teman sebayanya.

Begitu pula dengan adegan yang berkaitan dengan syahwat, sebagai orang timur saya pikir adegan dalam film dewasa sekalipun tidak usah diperlihatkan detilnya, cukup tunjukan kalau memang hal itu terjadi secara tersirat atau tersurat.

Saya pikir dengan memperhatikan hal-hal di atas, tidak akan mengurangi kwalitas film bahkan bisa menunjukan bahwa kita manusia yang lebih beradab dengan budaya ketimurannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun