Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Membuat Keramik Ekspor

8 September 2024   20:12 Diperbarui: 10 September 2024   09:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir pekan ini saya disibukan dengan perjalanan sehingga kurang berkesempatan untuk menulis, malam ini pun saya baru punya waktu luang sebelum pergi tidur. Tapi saya bingung mau nulis apa ya? Saya coba lihat dokumentasi poto perjalanan hari ini serta kemarin lusa, dan saya menemukan Poto ini:

Poto di atas adalah keramik berupa dua buah guci dan satu bentuk sebuah piring berukuran besar, ukurannya saya perkirakan tidak kurang dari diameter 1 meter. Benda itu sudah saya lihat semenjak awal-awal saya menikah dengan istri, konon almarhum ayah istri saya adalah pengusaha keramik impor.

Keramik di atas adalah sebuah keramik yang gagal di ekspor ke negara Jepang karena tidak memenuhi spesifikasi yang telah disepakati, yaitu kadar airnya tidak tepat menurut pengakuan istri saya. 

Untuk menjawab tentang faktor yang menyebabkan gagalnya ekspor keramik ke Jepang, berikut beberapa hal yang mungkin bisa membantu memahaminya:

Baca juga: Lampu Khas Cianjur

1. Kadar Air pada Keramik

Kadar air pada keramik adalah salah satu faktor penting dalam penilaian kualitas, terutama untuk produk yang akan diekspor ke negara seperti Jepang yang memiliki standar kualitas yang ketat. Kadar air yang berlebihan pada keramik dapat memengaruhi:

- Kekuatan keramik, kadar air yang tidak sesuai bisa menyebabkan keramik lebih rapuh atau retak selama proses pengangkutan atau penggunaan.

- Retensi warna dan pola, kadar air yang terlalu tinggi dapat memengaruhi cat atau glasir pada keramik, mengubah warna atau menyebabkan bercak yang tidak diinginkan.

- Daya tahan, keramik dengan kadar air yang tidak tepat mungkin tidak tahan terhadap perubahan suhu atau kelembaban, menyebabkan kerusakan seiring waktu.

Jadi, kadar air memang bisa menjadi salah satu penyebab keramik ditolak jika tidak memenuhi standar spesifikasi negara tujuan, seperti Jepang.

2. Spesifikasi Teknis yang Diperlukan untuk Ekspor ke Jepang

Jepang memiliki standar kualitas yang sangat ketat untuk barang-barang impor, termasuk keramik. Beberapa spesifikasi teknis yang biasanya diperiksa antara lain:

- Ukuran dan bentuk harus sesuai dengan standar yang telah disepakati, baik dari segi dimensi maupun proporsi bentuk.

- Kehalusan permukaan dan ketebalan, permukaan keramik harus halus tanpa cacat, seperti goresan, gelembung udara, atau keretakan. Ketebalan juga harus seragam dan konsisten.

- Kadar air harus sesuai dengan standar tertentu, umumnya kadar air harus sangat rendah untuk menghindari masalah selama pengangkutan dan penyimpanan.

- Komposisi material, keramik harus terbuat dari bahan baku yang sesuai dengan standar keamanan dan kesehatan Jepang. Misalnya, beberapa bahan kimia tertentu mungkin tidak diizinkan atau dibatasi penggunaannya.

3. Faktor Lain yang Mempengaruhi Kegagalan Impor

Selain kadar air, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan kegagalan impor keramik ke Jepang:

- Kualitas Bakar (Firing Quality) 

Jika proses pembakaran keramik tidak optimal (terlalu panas atau terlalu dingin), hal ini bisa mempengaruhi kekuatan, warna, dan ketahanan keramik.

- Standar Keamanan 

Beberapa bahan glasir atau pewarna mungkin mengandung logam berat atau bahan kimia berbahaya yang dilarang oleh peraturan Jepang.

- Pengemasan dan Transportasi

Jika keramik tidak dikemas dengan baik atau tidak dilindungi dengan benar, bisa terjadi kerusakan selama pengiriman, seperti pecah atau retak.

- Perbedaan Budaya dan Selera Pasar 

Kadang-kadang, meskipun memenuhi spesifikasi teknis, keramik dapat ditolak karena tidak sesuai dengan selera estetika atau kebutuhan pasar Jepang.

4. Bagaimana Seharusnya Kadar Air pada Keramik?

Idealnya, kadar air pada keramik yang akan diekspor harus serendah mungkin. Secara umum, kadar air pada keramik yang sudah melewati proses pembakaran akhir (bisque firing) seharusnya berada di bawah 1-2%. Untuk keramik yang berkualitas tinggi, kadar air bahkan bisa mendekati 0%, artinya hampir seluruh air yang terkandung di dalam tanah liat telah diuapkan selama proses pembakaran.

Untuk memastikan kadar air yang sesuai:

- Proses Pengeringan yang Optimal 

Keramik harus dikeringkan dengan sempurna sebelum pembakaran awal (bisque firing).

- Proses Pembakaran yang Tepat 

Pembakaran harus dilakukan pada suhu yang sesuai untuk memastikan semua kelembaban keluar dari keramik.

Kesimpulan

Jadi, kadar air yang terlalu tinggi memang bisa menjadi salah satu alasan keramik gagal diimpor ke Jepang. Standar kualitas dan regulasi Jepang yang ketat mengharuskan produk impor, termasuk keramik, memenuhi berbagai kriteria teknis dan estetika. Hal ini mungkin merupakan tantangan besar bagi produsen yang kurang memahami standar tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun