Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Panggilan dari Alam Hilang (Jejak Semu di Ujung Senja Bagian 3)

31 Agustus 2024   01:24 Diperbarui: 4 September 2024   21:49 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita tua itu mendengarkan dengan seksama, air mata mulai mengalir di pipinya yang keriput. "Sakti adalah satu-satunya anakku," kata Bu Lestari lirih. "Ketika dia hilang, aku merasa ada yang robek di dalam jiwaku... seperti sebagian dari diriku ikut hilang bersamanya."

Rengganis menggenggam tangan Bu Lestari. "Bu, Sakti ingin Ibu tahu bahwa dia masih di sini, dia menunggu Ibu... dia ingin kembali."

Mendengar itu, Bu Lestari tiba-tiba tersenyum samar, senyum yang lama tak pernah tampak di wajahnya. "Aku selalu tahu," katanya, "bahwa dia tidak benar-benar pergi. Dia selalu ada di sini, di hatiku. Mungkin sudah waktunya aku mencarinya."

Dengan mata yang kini tampak lebih hidup, Bu Lestari meminta Rengganis untuk menemaninya kembali ke Desa Kiara, ke pohon beringin tempat Sakti sering muncul. 

Meski tubuhnya lemah, tekadnya tampak lebih kuat daripada sebelumnya. Mereka kembali ke desa dengan bus yang sama, melewati jalanan berliku, seolah melintasi waktu dan kenangan yang panjang.

Saat tiba di desa, mereka segera menuju pohon beringin tua. Senja pun tiba, dan angin dingin mulai berembus, membuat daun-daun bergemerisik seperti bisikan. Bu Lestari berjalan perlahan mendekati pohon itu, lalu duduk di bawahnya, tepat di tempat di mana Sakti sering muncul.

"Sakti," panggilnya lembut, dengan suara yang dipenuhi rasa rindu. "Nak..., jika kau di sini, ibu ada di sini... Ibu menunggumu."

Sekitar mereka, angin seolah berhenti. Udara menjadi tenang, terlalu tenang. Lalu, tiba-tiba, dari balik pohon, bayangan Sakti mulai terlihat, samar dan transparan. Bu Lestari menahan napas, matanya dipenuhi air mata, tapi kali ini air mata bahagia.

"Ibu..." bisik Sakti dengan suara yang hampir tak terdengar. "Aku takut, Bu. Aku tersesat... dan aku tidak bisa menemukan jalan pulang."

Bu Lestari mengulurkan tangannya ke arah Sakti, seolah mencoba menjangkau bayangan itu. "Tidak apa-apa, Nak... Ibu di sini. Ibu akan membawamu pulang. Kau hanya perlu percaya."

Sakti menatap tangan ibunya dengan ragu, lalu perlahan, ia mulai melangkah mendekat. Langkah-langkahnya kecil, hampir tak terdengar, tapi setiap langkah terasa seperti beban yang terangkat dari bahunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun