Di sebuah rumah di pinggiran kota, hiduplah seorang gadis bernama Rani bersama neneknya. Rumah mereka dikelilingi oleh taman kecil yang dipenuhi dengan berbagai jenis tanaman, namun yang paling istimewa adalah pohon mangga di belakang rumah. Pohon itu sudah ada sejak Rani belum lahir dan selalu menjadi tempat favoritnya untuk bersantai sambil membaca buku.
Di dalam rumah, terdapat perpustakaan kecil dengan deretan buku yang tertata rapi di rak-rak kayu. Perpustakaan ini adalah warisan dari kakek Rani yang sangat mencintai buku. Setiap kali Rani masuk ke perpustakaan itu, dia merasa seperti memasuki dunia lain. Buku-buku di rak itu bagaikan portal yang membawanya ke tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi dan menghadirkan petualangan yang melambungkan imajinasi.
Suatu hari, ketika sedang mencari buku di perpustakaan, Rani menemukan sebuah buku tua yang tersembunyi di pojok rak. Jilidnya sudah mulai pudar, dan halaman-halamannya sedikit rapuh. Di sampul buku tersebut, terdapat gambar sebuah pohon mangga yang sangat mirip dengan pohon di taman mereka. Dengan penasaran, Rani membuka buku itu dan mulai membacanya.
Buku itu bercerita tentang seorang gadis bernama Maya yang menemukan pohon terluka di belakang rumahnya. Pohon itu seakan mengerang kesakitan dan mengeluarkan getah putih. Maya merawat lukanya dan pohon itu menjadi sahabat dekat, dan setiap kali Maya merasa sedih atau bingung, pohon tersebut menjadi teman setianya.
Cerita dalam buku itu begitu menginspirasi Rani sehingga dia tidak bisa berhenti membacanya. Hingga suatu malam, dia tertidur dengan buku itu di pangkuannya. Dalam tidurnya, dia bermimpi pohon mangga di taman belakang rumahnya berbicara padanya, seperti pohon dalam cerita yang dibacanya. Pohon itu berkata, "Aku adalah pohon kenangan keluargamu, seperti pohon dalam buku itu. Setiap luka yang ku alami adalah refleksi dari kesedihan dan tantangan yang kalian hadapi. Tapi ingatlah, dengan kasih sayang dan perawatan, aku bisa sembuh, begitu pula dengan kalian."
Keesokan harinya, Rani terbangun dengan semangat baru. Dia memutuskan untuk merawat pohon mangga di taman dengan lebih serius. Dia membersihkan luka di batang pohon itu dan memastikan pohon tersebut mendapatkan cukup air dan nutrisi. Setiap hari, Rani juga membaca buku-buku dari perpustakaan dan menceritakan kisah-kisah yang dia baca kepada pohon itu, seolah pohon tersebut adalah sahabatnya.
Suatu hari, saat sedang membaca di bawah pohon, Rani melihat ada tunas baru yang tumbuh di dekat luka lama. Dia teringat pada kata-kata dalam mimpinya dan menyadari bahwa pohon itu memang sembuh perlahan-lahan, sama seperti dirinya yang menemukan kekuatan dalam setiap cerita yang dibacanya.
Pohon mangga itu kembali sehat dan berbuah lebat. Setiap musim panen, keluarga Rani berkumpul di bawah pohon itu, menikmati manisnya buah mangga dan mengingat kembali kenangan-kenangan indah yang mereka miliki. Pohon itu menjadi ikon perjuangan dan harapan, menunjukkan bahwa dengan cinta dan perhatian, luka apapun bisa sembuh dan membawa kebahagiaan yang baru.
Sebuah buku di rak perpustakaan dan pohon mangga di taman menjadi dua elemen yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Rani. Keduanya mengajarkan Rani tentang pentingnya merawat kenangan dan terus mencari inspirasi, baik dari alam maupun dari dunia cerita. Melalui keduanya, Rani menemukan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup dan keputusan untuk selalu bergerak maju dengan harapan dan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H