Lahir di daerah sekitar Jalan Cagak, Subang, Jawa Barat sekitar tahun tujuh puluhan membuat saya sangat mengenal rute ini. Orang menyebutnya dengan rute Bandung - Subang. Tepatnya dari kota Subang menuju Terminal Ledeng di daerah dekat Gedung Siliwangi Jl. Setiabudi Bandung, dimana dari Terminal Ledeng ini kita dapat mendapatkan berbagai kendaraan umum yang menuju daerah Bandung dan sekitarnya.
Daerah jalan Cagak adalah daerah yang menghubungkan 4 kota yaitu Bandung (lewat Ciater), Purwakarta (lewat Sagala Herang), Sumedang (lewat Cisalak), dan dari Subang sebagai kota kabupatennya. Ditandai dengan Tugu Nanas besar di pertigaan menuju kota-kota tersebut.
Tahun 1980an kendaraan yang populer di jalur ini adalah Bus Bintang Murni (BM) tua, kendaraan colt minibus Mitsubishi L-300, yang kemudian kalah bersaing dengan kendaraan Elf.
Sopir dan pemilik kendaraan di daerah kami adalah orang-orang yang diuntungkan saat itu karena profesi ini adalah profesi yang banyak meghasilkan cuan saat itu berhubung dengan masih jarangnya kendaraan umum untuk bepergian apalagi punya kendaraan pribadi adalah kemewahan. Yang penting mau kerja keras untuk "nambangan" istilah masyarakat sekitar untuk mencari penumpang.
Penumpang pun umumnya berupa orang-orang langganan yang sudah saling mengenal satu sama lain karena seringnya mereka berinteraksi karena berada dalam satu kendaraan antara Sopir, Kondektur dan Penumpang. Penumpang ada yang berprofesi sebagai Mahasiswa, Pedagang, dan lain-lain yang rutinitas sehari-harinya bepergian.
Jalur Rawan Kecelakaan.
Jalur Subang-Bandung adalah jalur rawan kecelaan bagi pengguna jalan, tapi bukan bagi kami sebagai warga setempat yang sudah mengenal jalurnya. Yang terlibat kecelakaan biasanya kendaraan dengan sopir pendatang yang belum mengetahui seluk beluk jalur Bandung-Subang.
Faktor yang paling sering terjadi adalah kondisi rem blong, karena jalur ini adalah jalur tanjakan terus menerus sampai menuju daerah Gunung Tangkuban Perahu, Lembang, Bandung.