Kami mengenalnya sebagai buah Kecapi atau buah Sentul, adalah buah yang banyak ditemukan di daerah sekitar kami tinggal terutama daerah perkampungan dan perkebunan masyarakat setempat. Tepatnya daerah timur kota Bekasi perbatasan dengan kapupaten Bekasi.Â
Pohonnya yang besar dan rindang cocok sebagai pohon penghijauan di pekarangan yang cukup luas seperti sekolah atau perkantoran dinas di daerah kami yang relatif bersuhu panas. Tingginya bisa mencapai tinggi hingga 30 meter, namun umumnya hanya mencapai sekitar 20 meter di pekarangan. Batangnya dapat mencapai diameter 90 cm dan mengeluarkan getah yang mirip dengan susu.
Dengan nama ilmiahnya Sandoricum koetjape buah kecapi banyak memiliki keunikan diantaranya:
Buah yang berkulit alot dan tebal membuat kita yang ingin sekedar mencicipi isinya memerlukan perjuangan yang cukup berat. Buahnya berbentuk bulat agak gepeng, dengan diameter sekitar 5-6 cm. Buah tersebut berwarna hijau kekuning kuningan atau kemerahan saat masak, dan memiliki permukaan yang berbulu halus seperti beludru.Â
Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulitnya yang kemerahan dan agak masam. Sementara daging buah bagian dalamnya lunak dan berair, melekat pada bijinya yang berwarna putih, dan bisa memiliki rasa dari asam hingga manis. Biji buah ini berjumlah 2-5 butir besar, bulat telur agak pipih, dan berwarna cokelat kemerahan berkilat, keping bijinya berwarna merah.
Saking alot dan kerasnya kadang saya tidak mampu membelahnya dengan tangan kosong. Di kampung, saya suka menggunakan daun pintu untuk membantu membelahnya dengan cara menjepitnya.
Dilansir dari situs wikipedia Kecapi diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya. Tanaman ini kemudian tersebar ke berbagai negara seperti India, Indonesia (termasuk Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Tapanuli), Mauritius, dan Filipina, di mana kemudian menjadi populer dan ditanam secara luas. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama Sotul dalam bahasa Batak dan Katapi dalam bahasa Toraja.
Buah kecapi biasanya dimakan segar atau dimasak sebagai bumbu masakan, manisan, rujak, atau marmalade. Di Sulawesi Selatan, masyarakat Toraja menggunakan buah ini sebagai bumbu masakan untuk hidangan seperti kuah ikan. Kayu kecapi juga bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, perkakas, atau kerajinan.
Selain itu, berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Daunnya digunakan sebagai penurun demam, serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang, dan akarnya untuk mengobati kembung, sakit perut, diare, serta untuk memperkuat tubuh wanita setelah melahirkan.
Pohon dan buah Kecapi atau Sentul memiliki nilai kearifan lokal di daerah tempatnya ditemukan. Kehadirannya yang khas dan unik memberikan identitas yang kuat, dan memberikan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk memelihara tradisi dan kebiasaan yang terkait dengan pohon dan buah ini.
Di daerah kami Pohon Kecapi dianggap sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga, karena keberadaannya telah mengakar dalam tradisi lokal dan kearifan nenek moyang.Â
Seorang teman pernah membawa sekarung buah kecapi hasil kebunnya untuk kami nikmati dengan nada candanya dia berkata "ini adalah buah apel khas daerah kami hehe...".
Kami pun seraya memilih dan memilahnya untuk dinikmati bersama sensasi rasa buahnya. Rasanya seperti kita mengemut peremen, namun tentunya ini adalah peremen alami yang bebas pengawet dan memiliki banyak faedah untuk kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H