Pengalaman ini saya bagikan karena unik, lucu, dan sekaligus menjadi pertanyaan yang sampai sekarang belum ditemukan jawaban pastinya oleh saya.
Berawal dari kesehatan saya yang mengalami gangguan kecemasan ( anxiety disorder ), saya rutin memeriksakan diri pada seorang psikiater.
Sekali waktu setelah wawancara ada hal yang ditawarkan psikiater pada saya berkaitan dia punya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tentang meditasi dan memerlukan seorang objek penyandang gangguan kecemasan ( anxiety disorder )Â sebagai modelnya.
Sang Psikiater menawarkan apakah saya bersedia menjadi objek peneliatian Si Mahasiswa dan saya pun menyatakan tidak keberatan, akhirnya kami janjian untuk bertemu disuatu tempat.
Saat pertemuan pertama dia menunjukan sebuah alat elektronik yang katanya dapat mengukur tingkat stres dan juga mendeteksi kolesterol.
Setelah dilakukan pengecekan dengan alat itu angka stres saya menunjukan angka yang tinggi, saya lupa angka persisnya (katakanlah sekitar 90%). Selain itu alat juga mendeteksi angka kolesterol saya sangat tinggi.
Menurut dia tingkat stres bisa diturunkan secara perlahan dengan meditasi pernapasan yang dia ajarkan dan itu sudah dibuktikan kepada beberapa orang penyandang gangguan kecemasan ( anxiety disorder ) sebelum saya, untuk membuktikannya dia akan kembali setiap dua minggu sampai tingkat stres turun secara perlahan. Sedangkan kolesterol disarankan saya untuk segera berkonsultasi ke dokter dan memantang makanan tertentu.
Saya menurut saja apa yang dia ajarkan untuk meditasi pernapasan setiap malam sebelum tidur, tapi untuk memeriksakan kolesterol saya belum punya waktu.
Dipertemuan ke-2, dua minggu setelah pertemuan pertama dia datang kembali. Disitu saya tertantang untuk melawan alat itu dengan sugesti saya, disamping rasa penasaran dengan angka yang ditunjukan alat itu dua minggu sebelumnya.
Ritual pun dimulai seperti biasa sebuah alat penjepit ditempelkan di jari jempol tangan saya selama beberapa menit, disitu saya melakukan sugesti bahwa saya tidak mempunyai penyakit apa pun termasuk gangguan kecemasan ( anxiety disorder ) dan juga kolesterol.
Hasilnya Si Mahasiswa terkaget - kaget karena ada hal janggal menurutnya, penurunan angka stres turun drastis ke angka normal     ( katakanlah 25% dari sebelumnya 90% ) dan demikian dengan angka kolesterol saya. Akhirnya dia memutuskan untuk mengulanginya sampai tiga kali percobaan dan hasilnya menunjukan hasil yang relatif sama.
Menurut Si Mahasiswa seharusnya penurunan angka stres tidak lebih dari 2-3 %. Akhirnya dia mengambil keputusan ada yang salah dengan alatnya, dan saya masih harus menjalankan meditasi untuk hasil pengecekan dua minggu berikutnya.
Saya nurut-nurut saja, dan dua minggu berikutnya Si Mahasiswa Pun datang kembali dan melakukan pengecekan seperti biasa.
Hasilnya lagi - lagi mencengangkan Si Mahasiswa karena menurut angka yang ditunjukan alatnya saya sehat - sehat saja. Tidak terdeteksi stres dan kolesterol.
Dari situ saya mengambil kesimpulan sendiri tanpa mengatakannya pada Si Mahasiswa, bahwa baik penyakit gangguan kecemasan   ( anxiety disorder ) mau pun penyakit kolesterol sumbernya adalah pikiran kita sendiri atau katakanlah sebuah sugesti.
 Tapi entahlah kejadian yang sesungguhnya terjadi hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Setelah itu Si Mahasiswa mengatakan untuk memastikan dia akan kembali dua minggu berikutnya, dan apabila hasilnya sama maka dia akan menghentikan penelitiannya terhadap saya.
Pertemuan ke-4 pun seperti biasa dilakukan dua minggu berikutnya dan hasilnya sama. Akhirnya Si Mahasiswa pun menyatakan mengehentikan penelitian terhadap saya dengan angka diluar prediksinya.Â
Dari tujuh kali pertemuan yang direncanakan hanya dilakukan empat kali, dan angka yang seharusnya turun 2-3 % ini turun sampai angka normal.
Sebagai penutup saya ingin menyampaikan sebuah keterangan yang saya dengar dari guru dan para ustadz bahwa: "sesungguhnya Allah SWT dekat dengan prasangka kita"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI