Di parit-parit kota, dimana doa tak lagi terdengar.
Dan mimpi hanya dimiliki mereka yang menguasai kotak suara.
Dan mereka yang dibisubutakan, dihilangpaksakan, dan merancang cetak biru diatas bangkai-bangkai harapan...
Dan Kondor terjaga...
Kami bacakan ulang perihal kepala-kepala dibawah langit.
Yang tak lagi punya tanah, dan tak punya tanah air.
Yang dilupakan Garuda, dan tak memiliki lagi tanah air.
Dengan sekosong tatapan dan kemuakan melewati titik nadir, pergerakan pandir, diantara rencana pembangunan tambang pasir.
Menyambut pagi ditanah yang terlalu sulit disambangi Dewi Adil, dan terlalu rutin disinggahi sepatu Lars, drama, dan nyalak bedil.
Dalam wujudnya yang paling mustahil, kami tunjukkan nyali yang tak pernah sekerdil.
Harga ganti tanah kami yang kalian patoki menjadi kakus industri.