Mohon tunggu...
Agus Conspiracy
Agus Conspiracy Mohon Tunggu... Seniman - Owner: Conspiracy Merchandise

Chemistry | Kid | Depression Survivor | Penyembah Bonsai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senjakala di Kala Senja

28 Desember 2016   20:32 Diperbarui: 28 Desember 2016   20:37 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia meletakkan barang yang diambilnya di lantai, lalu ia mengambil Slingbag dan menaruh CD di dalam tas tersebut.

Sepertinya anak itu terburu-buru, terlihat dari raut wajah dan nafasnya yang memburu. Apa yang telah ia lakukan dan ia pikirkan? Entahlah...

Kemudian, segera mungkin ia keluar dari ruangan atau kamar khusus tersebut dan tak lupa membawa buku di tangan kirinya, dan Slingbag di pundak kanannya.

Ia lupa sesuatu, selangkah akan meninggalkan ruangan tersebut, ia kembali masuk ke dalam dan mengambil Boombox dengan jari-jari yang tersalur dalam tangan kanan anak itu.

Syahdan, ia menutup dan mengunci pintu kamar yang konon penuh hal Gaib tersebut. Yang selanjutnya pula, anak itu kembali ke kamar pertama ia merenungi tadi. Ia mengambil buku yang sempat ia tiup dan pegangnya tadi, Dibawah Bendera Revolusi.

Mengambil buku satu buah dengan cepat, anak itu segera melangkahkan kali keluar dari rumah, ia sekarang berhadapan dengan sosok wanita, lebih tepatnya janda, yang sebetulnya Ibunya sendiri.

Anak itu memandang beberapa detik wajah Ibunya yang tengah membawa plastik yang didalamnya terdapat tumpukan bunga untuk pergi ziarah ke makam.

Mungkin anak yang berumur hampir ke 20 tahun itu sudah gila. Bagaimana tidak, plastik yang dibawa Ibunya kini sudah diposisi tangannya. Betul, ia mengambil dengan paksa dan tanpa- sekedar izin oleh pemiliknya, sekalipun beliau Ibunya sendiri.

Saat itu pula, tidak ada sepatah katapun dari dua insan tersebut yang tengah saling berhadapan.

Kini, ia segera pergi dari rumah, meninggalkan Ibunya. Tangan kanan membawa Boombox, lebih tepatnya diletakkan di pundaknya, yang mana telah menindih Slingbag yang berisikan beberapa CD favoritnya. Dan tangan kirinya memapah tumpukan buku, yang diatasnya terdapat bunga yang telah diplastik.

Ia semakin menjauh meninggalkan rumah, pun Ibunya, dan ditemuinya beberapa orang menyapa anak itu, tetapi anak itu tidak melirik dan menyapa kembali orang yang memulai sapaannya, yang konon akan berangkat ke Masjid untuk melaksanakan ibadah Sholat Maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun