Setelah terkuaknya status Lili yang sudah mempunyai pacar membuat suasana kantor berubah. Bagus yang awalnya bersikap lembut dan hangat pada bawahannya berubah menjadi kasar dan mudah marah. Tak ada senyum manis yang selama ini selalu tersimpul dari bibirnya, tak ada tatapan sendu yang selalu menawan hati perempuan. Hilang sudah canda tawa yang biasanya keluar dari mulut staffnya setiap ada hal lucu yang diperbincangan di sela rutinitas kerja.
Ketegangan selalu muncul setiap Bagus memasuki ruangan atau keluar dari ruangannya. Bagus sendiri mengalami kegalauan yang dia sendiri tidak mengerti, "Apa salah Lili kenapa aku begitu jengkel kepadanya, bukankah mempunyai pacar atau apa pun sebutannya adalah hak masing - masing individu" begitu gumamnya dalam hati. Terlintas juga pikiran kenapa aku harus bertemu dengan dia, kenapa perasaanku terasa teriris manakala mengetahui kebenaran ini. Persoalan ini lebih kompleks dari sekedar mengerjakan karya ilmiah atau kalkulus tingkat lanjut.Â
Setiap laporan dan proposal yang dibuat Lili jika terdapat sedikit saja salah ketik, Bagus langsung marah dan dengan nada keras meminta langsung diganti. Situasi seperti ini justru semakin memperburuk keadaan, Lili menjadi semakin takut dan bingung atas perubahan sikap Bossnya itu. Bagus pun semakin larut dalam emosi yang tak beralasan dan membuat konsentrasi bekerjanya menjadi buyar. Sementara Dewi dan Santi merasa menyesal, karena mereka tidak pernah berpikir bahwa dampaknya akan seburuk ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H