Santi tidak berani melanjutkan ucapannya lagi, dia melihat ekspresi wajah Pak Bagus menjadi tegang, sorot matanya yang biasa teduh, menjadi tajam melihatku, urat wajahnya mengencang, sepertinya ada amarah yang begitu dahsyat dirasakannya. Ruang kerja Pak Bagus yang kecil itu tiba -tiba berubah menjadi hening.Â
Untuk beberapa saat  Bagus mulai mengatur tarikan nafasnya yang awalnya tidak beraturan kembali beraturan, wajahnya yang tegang secara pelan kembali menunjukkan ekspresi normal. Ada amarah yang harus di tekan ada gejolak yang harus dikendalikan. Dia tidak mau wibawanya menjadi hancur hanya gara -gara masalah perempuan. Perlahan Bagus melanjutkan pertanyaannya
"Siapa nama pacarnya dan...mulai kapan Lili punya pacar ?"
Karena suasana sudah mulai mencair, Santi berani meneruskan ucapannya, tapi kali ini dia lebih berhati - hati, takut kalau suasana hati pak Bagus berubah lagi.Â
"Nama pacarnya Surya pak, mereka mulai pacaran semenjak semester 1, kebetulan Lili dan Surya satu kampus dan satu angkatan."
Terpancar aura kekecewaan muncul di wajah Bagus, ada perasaan tidak senang yang tak mampu dia sembunyikan. Meskipun Bagus belum sempat mengutarakan isi hatinya kepada Lili, tapi harus di akui benih - benih cinta itu sudah mulai tumbuh. Pembicaraan ini sudah mulai menyesakkan dada, ingin rasanya dia sendirian meluapkan segala amarah dan kekesalan atas situasi yang terjadi.
"Santi, Dewi tolong tinggalkan aku sendirian, BTW trims ya atas infonya"
Untuk sejenak Santi dan Dewi saling memandang, dan menganggukan kepala tanda paham atas situasi yang terjadi. Dengan kompak Dewi dan Santi menjawab keinginan Bossnya itu
"Baik, Pak"
Segera mereka meninggalkan ruangan Pak Bagus, mereka berdua kembali ke meja kerja masing - masing. Meninggalkan Bossnya dengan segala pergolakan batinnya.
 ********