Mohon tunggu...
Agus Baret
Agus Baret Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Penyuka petualangan dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ancaman Asing Softbank-Alibaba di Balik Merger OVO-Dana

20 September 2019   17:04 Diperbarui: 20 September 2019   17:22 3257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar juga apa yang dikatakan Pak Prabowo saat kampanye Pilpres terdahulu. Bisnis onlen-onlen itu pada awalnya akan memberi uang kepada perusahaan nasional. Namun ketika perusahaan lokal itu berkembang dan dalam genggaman mereka, saat itulah uang-uang yang ditransaksi dan diproduksi oleh warga negeri ini ditarik ke luar.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira menilai startup yang didanai asing justru memperparah defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan sekaligus. Startup khususnya yang bergerak di bidang eCommerce, ikut berkontribusi terhadap naiknya impor barang konsumsi.

"Di tahun 2018, impor barang konsumsi naik 22 persen, padahal konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 5 persen. Data asosiasi eCommerce menunjukkan kecenderungan 93 persen barang yang dijual di marketplace adalah barang impor. Artinya produk lokal hanya 7 persen," kata Bhima Yudhistira.

Gurita Bisnis Softbank
Gurita Bisnis Softbank


Kedaulatan Moneter Tergadai Softbank-Alibaba

Rencana merger OVO-DANA, kini sudah masuk ranah regulator. Otoritas moneter akan menjadi penentu  Softbank menguasai sistem pembayaran di Indonesia bakal terwujud. Kabarnya, tekanan terhadap otoritas moneter untuk segera menyetujui merger OVO-DANA datang dari berbagai penjuru. Termasuk dari orang-orang dekat Presiden Jokowi, yang tentunya bakal ikut mendapat cipratan kue bisnis.

Pertanyaannya, akankah kedaulatan ekonomi dan moneter Indonesia akan digadaikan kepada Softbank?

Salah satu indikator yg digunakan BI dalam menilai kestablian moneter dalam negeri adalah jumlah perputaran uang (velocity of money, yang harus bisa diportret dan diprediksi setiap saat. Namun, merger Dana-Ovo berpotensi membuat bank sentral semakin kehilangan kendali terhadap sistem moneternya sendiri, karena konglomerasi kedua perusahaan ini akan berimbas pada membeludaknya cashback yang jumlahnya tidak dapat dikendalikan atau diprediksi oleh BI.

Sebagai gambaran, jika merger itu terwujud, otoritas moneter akan semakin sulit mendeteksi transaksi riil di sistem pembayaran kita. Salah satunya karena OVO-DANA selama ini terus menebar cashback besar bagi setiap penggunanya.

Masalahnya, dana cashback itu tidak disimpan di float fund. Jika nilai cahsback ini besar,  katakanlah 50 persen dari nilai transaksi, jumlahnya bisa sangat besar dan bank sentral akan kesulitan memerediksi. Berapa nilai peredaran uang sesungguhnya.

Float fund adalah seluruh nilai uang elektronik yang berada pada penerbit atas hasil penerbitan uang elektronik dan/atau pengisian ulang (top up) yang masih merupakan kewajiban penerbit kepada pengguna atau penyedia barang/jasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun