Selebrasi yang Menggetarkan Itu
Dan hasilnya? Inilah kita lihat sekarang, pelan tapi pasti, slow but sure timnas Garuda bangkit dari keterpurukan akibat tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga:Â Usai Kalah Telak dari Jepang, PSSI Bisa Nga Coach Shin Diganti dengan Pelatih Lokal?
Seakan-akan disengat oleh listrik berkekuatan tinggi, sang raksasa loyo nan menggelikan itu bangkit oleh karena perubahan yang nga ecek-ecek, perubahan yang revolusioner membawa Timnas Indonesia bangkit dan sekarang bertengger di posisi ketiga Klasemen Sementara Grup C Zona Asia.
Sang raksasa berubah menjadi garang dan mematikan. Lihat saja bagaimana Bahrain dipaksa harus bermain curang untuk mendapatkan satu poin dari Timnas Garuda, pun dengan raksasa Arab Saudi harus merasakan bagaimana ganasnya pemain-pemain Indonesia menjinakkan pemain-pemain internasional mereka.
Total empat poin diraup Timnas Indonesia kala bersua dengan Elang Hijau -- julukan timnas Arab Saudi dengan hasil seri 1 -- 1 di bulan September, matchday pertama dan tiga poin di matchday keenam sekaligus pertandingan penutup di tahun 2024 ini.
Dunia seakan-akan terbelalak dengan kebangkitan raksasa imut nan lucu yang tiba-tiba menjadi garang dan mematikan. Timnas Garuda kini bertengger di posisi 125 peringkat FIFA, dan hanya berjarak enam anak tangga dari Vietnam yang terus mengalami kemerosotan pasca ditinggal coach Park Hang-seo.
Kebangkitan itu nyata. Jatuh -- bangun akibat tambal -- sulam pemain menjadi kunci kebangkitan Timnas Indonesia.
Walau banyak dihujat akibat menaturalisasi pemain, namun sepertinya itulah jalan terbaik untuk membangkitkan gairah persepakbolaan nasional dan juga jiwa kompetisi para pemain mudanya untuk bangkit dari 'tidur' dan dari zona 'nyaman' mereka.
Mau tak mau pemerintah harus membangkitkan kompetisi antar umur untuk mencari bibit-bibit pemain masa depan usai para pemain naturalisasi ini habis 'limit' mainnya.
Baca Juga:Â Kompasianival (bukan) Ajang Kompasianer Medan