Ya, kehadiran Maarten Paes -- kiper kelahiran Belanda, keturunan orang Kediri dan menjadi kiper utama di Klub FC Dallas Amerika Serikat -- serta kenyang pengalaman menghadapi Leonel Messi -- sangat memberikan harapan terhadap minimnya gol yang bakalan bersarang di timnas kita.
Belum lagi sederet nama beken nan tenar serta dielu-elukan, semacam Kevin Diks Bakarbessy, pemain keturunan Indonesia dan Belanda, kelahiran 6 Oktober 1996 dan kini bermain sebagai bek di klub peserta Liga Super Denmark, FC Copenhagen, telah resmi menjadi warga negara Indonesia di bulan Oktober 2024, walau sudah pernah memperkuat timnas junior Belanda.
Hadirnya Kevin Diks digadang-gadang mampu menjalin kerjasama solid dan menjadi duet benteng terakhir pertahanan Timnas dari gempuran Jepang, Australia, Arab Saudi, Cina, dan tentunya Bahrain bersama dengan kompatriot-nya, sesama pemain naturalisasi lainnya, Jay Idzes yang menjadi kapten pilihan coach Shin.
Namun apa yang terjadi? Bayangan duet maut itu ibarat Paolo Maldini dan Alessandro Costacurta di timnas Italia, plus ketika Italia juara Piala Eropa edisi Covid-19, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini di malam penbantaian itu tak terjadi.
Duo naturalisasi, Jay Idzes dan Kevin Diks ternyata tidak bisa jadi duo jangkar yang menjaga pertahanan timnas dengan baik.
Keduanya tampak belum mampu bekerjasama dengan baik, ditambah lagi buruknya penampilan pemain naturalisasi yang lain mengakibatkan lini belakang kita gampang melakukan kesalahan yang mempermudah pemain Samurai Biru mengobrak-abrik pertahanan kita hingga berujung empat gol bersarang di gawang Maarten Paes.
Sebenarnya di dua puluh menit pertama, timnas Indonesia masih mampu bermain baik dan memberi tekanan ke jantung pertahanan Jepang.
Menjadi tuan rumah menjadi keuntungan bagi Timnas untuk melakukan pressing. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada matchday kelima Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia, di Jakarta, Jumat, 16 Nopember 2024, Timnas kita mampu memberikan gempuran di menit-menit pertama, terbukti di menit ke-8, Indonesia lewat Ragnar Oratmangoein tinggal berhadapan dengan Zion Suzuki -- kiper timnas Jepang keturunan Gana -- namun sayangnya, tendangan lemah pemain keturunan Belanda ini mengakibatkan para pendukung, termasuk saya hanya mampu gigit jari dan menggerutu.
Di menit ke-14 lagi-lagi Garuda Indonesia berpeluang mengoyak jala Zion Suzuki, andaikan umpan tarik Kevin Diks mampu dimaksimalkan Rafael Struick, namun sayang pemain yang dimaksud telat menyambut umpan matang Kevin Diks.
Ya, begitulah pemain Indonesia, masih kurang kerjasama dan masih terburu-buru dalam penyelesaian akhir, istilahnya masih demam panggung dalam melakoni partai besar, seperti lawan Jepang.
Pemain timnas kita terlihat canggung dan sepertinya takut, akhirnya tenggelam oleh nama besar Samurai Biru. Terlihat jelas di menit ke-30 sampai akhir pertandingan, akhirnya Jepang sudah mampu membaca tipe permainan timnas kita.