Terbukti, akibat perlakuan orangtua IV dan preman-preman yang dia bawa untuk mempersekusi EN dengan menyuruhnya berlutut dan mengonggong seperti anjing telah mengakibatkan EN trauma, tersakiti, harga dirinya tidak ada lagi, strees, tidak mau keluar rumah dan tidak mau bergaul lagi, bahkan jika dibiarkan, kejadian paling fatal, mengakibatkan bunuh diri, itulah akibat dari persekusi atau bulying.
Orangtua IV yang merasa berkuasa, karena pengusaha hiburan malam di Surabaya, Jawa Timur serta merasa paling kuat karena memiliki bekingan -- terlihat dari kedekatannya dengan foto-foto bersama dua pejabat TNI di dalam mobil -- sehingga melakukan tindakan semena-mena terhadap orang yang dianggapnya bersalah?
Sungguh miris, dunia pendidikan kita kembali dicoreng dengan aksi premanisme pengusaha Ivan Sugianto. Apa salahnya jika Ivan ini mendatangi sekolah dengan baik-baik bertemu dengan orangtua EN dan diselesaikan dengan damai di kantor kepala sekolah?
Dimana peran Komite Sekolah sebagai badan mandiri yang menjadi penghubung antara pihak sekolah dengan pihak orangtua? Mengapa dalam kasus ini pihak komite sekolah tidak melakukan tindakan pencegahan agar orangtua IV tidak melakukan hal-hal yang merendahkan martabat orang lain.
Ivan Sugianto Ditangkap
Pihak Kepolisian Jawa Timur bergerak cepat seusai video persekusinya menjadi viral di media sosial. IV ditangkap di Bandara Juanda, Surabaya kemarin sore. Kasus ini dinaikkan usau Pihak Kepolisian memeriksa sebelas saksi dan menggelar gelar perkara.
Sebelumnya Ivan yang begitu emosian dan merasa paling berkuasa itu, setelah videonya viral meminta maaf dan berkoar-koar kasus ini sudah selesai dengan damai, namun ternyata kasusnya naik ke tingkap kepolisian hingga pihak kepolisian cepat-cepat menangkap IV yang sudah berada di bandara Juanda dan entah mau kemana.
Semoga kasus ini jadi pembelajaran bagi kita semua, mari gunakan akal dan pikiran jernih, jangan terbawa emosi dalam menyikapi suatu masalah atau persoalan. Setelah nasi jadi bubur, trus bagaimana? Yang ada sesal kemudian kan?
Ketika IV marah-marah dan memaksa EN berlutut dan mengonggong, sementara banyak orang memvideokan perbuatan tersebut, IV tidak sadar, namun malah menjadi-jadi kemarahannya, mengakibatkan IV jadi santapan 'kejamnya' netizen yang mengakibatkan IV kini harus menanggung perbuatannya.
Coba jika dia mau tarik nafas sebentar dan mengurungkan niat marahnya, namun malah menanyakan dengan baik-baik apa maksud dan tujuan EN berkata demikian, trus mengadakan Segitiga Restitusi, serta menerima permintaan maaf EN, mungkin sekarang IV bakal jadi duta atau disebut sebagai pengusaha yang pemaaf....
Tapi jika sudah begini? Yah, semoga ini jadi pembelajaran buat kita semua, hati-hati membuly atau mempersekusi anak dibawah umur.