Lantas enak apa ngga ketika numpang?
Yang namanya numpang tak akan pernah enak. Enaknya di lima belas menit pertemuan pertama, saat kenalan, tapi ketika menyampaikan tujuan dan maksud? Maka mulai para operator disekolah tujuan numpang UNBK mulai mengerenyutkan dahi dan 'kurang memberi hati' ketika mempersiapkan ruangan UNBK, termasuk menginstal Exambro, baik itu server maupun client.
Kedua, kepala sekolah yang menggantikan kepala sekolah yang lama membuat gebrakan dengan menyewa komputer atau PC sebanyak 145 perangkat untuk 36 satu ruangan dengan 4 ruangan, 3 sesi sesuai dengan jumlah siswa. Server sudah lengkap, tinggal komputernya, maka kepsek meminta saya untuk mencari rekanan yang mau menyewa komputer sebanyak itu.
Sayapun berselancar tanya teman-teman yang buka rental komputer, cari informasi dari googling, hingga dapatlah rekanan yang kebetulan satu gereja yang mampu menyewakan komputer sebanyak lima ruangan. Dan ujian UNBK pun dapat dilaksanakan dengan tiga sesi, dan repotnya adalah menginstalasi ruangan secepat mungkin agar jaringan LAN dapat terbangun di ruangan-ruangan kelas yang tiba-tiba disulap jadi ruangan Ujian UNBK dapat terkoneksi ke jaringan LAN dan Internet karena UNBK kami laksanakan dalam format semi-online.
UNBK atau ANBK yang Berdampak Bagi Pendidikan?
Nah, rekan-rekan di atas sudah saya ceritakan bagaimana 'repotnya' mempersiapkan pesta ujian Akhir bernama UNBK.
Bagi sekolah yang fasilitas laboratorium komputernya lengkap dengan personal komputer yang memadai, tidak masalah dengan ANBK, namun bagi sekolah seperti kami yang hanya memiliki satu lab. Komputer dan fasilitas komputer-nya tidak memadai, serta tidak pernah mendapatkan bantuan komputer? Maka akan berulang kembali kondisi seperti saya ceritakan diatas.
Itu masih dari segi kesiapan fisik UNBK? Belum lagi faktor psikologi yang harus dihadapi anak-anak, seperti yang saya ceritakan di atas, ada tekanan harus mampu menjawab pertanyaan dengan baik agar lulus.
Sementara bicara tentang ANBK? Maka kita melihat perspektif lain dari pak Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam menyikapi fenomena UNBK.
Pak Menteri melihat bahwa alasan seperti diatas, ketidakmerataan sarana, serta terjadinya Diskriminasi Sosial, di mana siswa dari keluarga mampu cenderung mendapatkan nilai lebih tinggi karena dapat mengakses bimbingan belajar, sementara siswa dari latar belakang ekonomi rendah tidak memiliki akses yang sama, sehingga dari nilai UNBK, yang tidak memiliki nilai bagus, tidak dapat diterima di perguruan tinggi negeri idamannya.
Maka Pak Menteri mengganti UN dengan AN, dimana Asessment Nasional dirancang untuk mengevaluasi sistem pendidikan secara menyeluruh, termasuk input, proses, dan hasil pembelajaran.Â