Lalu atas dasar itulah -- banyaknya kebocoran soal dan kecurangan yang terjadi -- maka UN yang awalnya berbasis kertas ditingkatkan menjadi UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) dengan harapan meminimalisir kecurangan yang terjadi, di mana siswa dan guru tidak bisa menebak, soal tentang topik apa yang keluar, apalagi juga setiap komputer soalnya diacak, sehingga kecil kemungkinan soalnya bisa sama dan kebocoran soal juga sangat kecil kemungkinannya.
Kerja Keras Agar UNBK Sukses
Namun, jelas UN yang sebelumnya berbasis kertas, ditingkatkan menjadi Ujian Nasional Berbasis Komputer membuat sekolah 'pontang-panting' dalam penyediaan sarana dan prasarana berupa ruangan laboratorium komputer.
Kenapa? Karena tidak semua sekolah memiliki ruangan laboratorium komputer yang didalamnya berisi komputer yang sesuai dengan speck ataupun ketentuan miminum yang dipersyaratka untuk dapat digunakan agar pelaksanaan UNBK berlangsung dengan lancar jaya tanpa kendala.
Contohnya di sekolah tempat saya mengajar, yang ada hanya satu ruangan laboratorium komputer, sementara siswa kelas dua belas ada 12 ruangan. Coba dikalikan dua belas kelas dikali tiga puluh enam siswa, maka jumlah siswa yang harus menggunakan komputer sebanyak 432 siswa, belum lagi komputer cadangan.
Personal Komputer atau PC yang digunakan juga harus pakai standar atau speck, dimana Komputer Server harus PC, bukan laptop, tetapi PC dengan jenis PC/Tower/Dekstop dengan processor minimal 4 core, dan clock rate minimal 1.6 Ghz (64 bit). Lalu RAM-nya minimal 8 GB, DDR 3. Sementara Harddisk  250 Gb dan sistem operasi yang digunakan Windows Server (64 bit)/ Windows 8/Windows 7 /Linux Ubuntu 14.04.
LAN Card yang digunakan NIC tipe 2 unit support dengan GigaByte, serta harus menyediakan UPS atau Uninterruptible Power Supply yang tahan 15 menit untuk berjaga-jaga mana tahu PLN mengulah dengan pemutusan aliran listrik yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan.
Lalu jumlah server mengikuti rasio satu berbanding empat puluh, artinya satu server hanya bisa menangani atau menampung empat puluh client, jadi satu ruangan hanya maksimal empat puluh peserta atau pc. Itu sih standardnya, namun ada juga yang memaksakan satu server atau satu ruangan itu 43 atau 45 siswa.
Nah, bagaimana dengan sekolah yang minim sarana ruangan laboratorium komputernya, sementara siswanya banyak seperti yang kami alami?
Solusi yang pernah kami buat selama mengikuti UNBK, adalah pertama, bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang memiliki ruangan laboratorium yang banyak seperti SMK tetangga kami.
Karena begitu dulu peraturannya, bagi sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam pelaksanaan UNBK, maka bisa bekerjasama dengan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang bagus, pilihan jatuh ke SMKN 7 adalah tempat yang pas, karena dekat dengan sekolah, jaraknya juga cuma radius lima kilometer dan memiliki sarana ruangan laboratorium komputer yang sangat memadai. Jadi istilahnya 'numpang'.