Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Lonely Marriage dengan "Ngajak Ribut" Pasangan

5 November 2024   09:52 Diperbarui: 5 November 2024   09:55 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu lonely marriage? Dalam kamus Bahasa Indonesia bila kedua kata Lonely, artinya Sendirian dan Marriage yang artinya Perkawinan, digabungkan akan menjadi arti "Kesepian Perkawinan".

Kesepian Perkawinan? Kok bisa? Pikir saya dalam hati mengingat saya bersama pasangan hidup saya alias isteri saya dalam empat belas tahun perkawinan selalu ramai dengan suka dan duka sampai sekarang.

Ya, saya dan isteri saya selalu 'ribut' dalam arti yang positif, selalu ada saja yang dibahas mengakibatkan komunikasi selalu ditandai dengan canda tawa atau bahkan keributan-keributan dalam membahas sebuah persoalan rumah tangga, baik itu tingkah laku anak, masalah di lingkungan keluarga, masalah di lingkungan, atau bahkan masalah-masalah sepele bisa menjadi masalah besar yang berujung pada perdebatan tiada henti.

Bahkan saya melihat banyak konten-konten dari teman-teman di facebook ataupun di tiktok yang viral karena membincangkan masalah-masalah seputar keluarga mereka yang di videokan dan berujung pada ketenaran dan bahkan menghasilkan cuan. Padahal yang mereka lakukan hanyalah perbincangan seputar keluarga. Contohnya bagian siapa yang menjemur kain? Apa tugas suami? Ada suami yang masih sering berkomunikasi dengan mantannya? Padahal itu hanyalah akting, namun malah mendapatkan cuan alias uang dari penontonnya.

Mengapa terjadi Lonely Marriage?

Lantas pertanyaannya, mengapa terjadi Lonely Marriage dalam sebuah kehidupan berumahtangga? Bukankah perkawinan itu menyatukan dua pribadi yang berbeda menjadi satu dalam mahligai rumah tangga? Apakah cinta yang selama pacaran akhirnya harus menjadi perkawinan yang sepi?

Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa perkawinan yang seharusnya bahagia dengan komunikasi dua arah, namun menjadi hambar menjadi perkawinan yang sepi? Pastinya itu terjadi karena kurangnya komunikasi. Sang isteri maupun suami terlalu memaksakan ego masing-masing dan tidak mau mengalah untuk menjadi orang pertama yang membangun komunikasi.

Mahligai rumah tangga yang artinya istana bagi suami dan isteri beserta anak-anaknya untuk membangun komunikasi yang baik, ternyata jadi hampa dan sepi karena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sibuk dengan gadget masing-masing, itu penyebab terjadinya lonely marriage.

Akibat gadget, maka suami tidak mempedulikan isteri dan anak-anaknya. Isteri tidak mau tau dengan urusan rumah tangga lagi. Kenapa? Karena semuanya sudah serba instan, serba cepat. Mau makan? Tinggal pesan lewat aplikasi. Mau nyuci dan setrika pakaian? Tinggal antar ke laundry. Apa lagi? Mau komunikasi? Tinggal chat atau panggilan lewat whatsapp. Sehingga perkawinan menjadi hambar dan tidak ada komunikasi.

Oleh karena itu, dituntut kesadaran diri dan disiplin dalam keluarga agar ada waktu untuk berkumpul bersama, minimal di jam makan malam. Disitulah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga membicarakan apa aktivitas yang telah dilalui di hari itu. Sang suami harus mampu memimpin percakapan dalam ruang makan. Diawali dengan pertanyaan bagaimana harimu disekolah? Apa pelajaran hari ini yang menyenangkan? Apa yang kamu dapat? Maka otomatis anak-anak akan menjawab sehingga sambil makan terjadi komunikasi yang baik.

Tips Ala Saya "Ngajak Isteri Ribut"

Nah, untuk menghindari lonely marriage alias kesepian perkawinan, maka saya benar-benar jadi suami dalam keluarga. Disamping itu beruntung juga memiliki isteri yang agak cerewet, sehingga rumah tidak sepi dan mumpung memang anak-anak masih dalam proses pertumbuhan, sehingga masih perlu mendapatkan arahan dari bapak dan mamaknya seputar mendisiplinkan diri. Anak-anak masih perlu dibangun karakternya, masih perlu diingatkan untuk hal-hal seputar mengenal peralatan dapur, seputar pekerjaan menyapu rumah, mengepel rumah, tidak meletakkan barang sembarangan, menyuci, melipat, dan menggosok kain.

Ya, anak-anak harus diajarkan sejak dini untuk mengerti dan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga kelak nanti setelah dewasa dan kembali menjadi ibu atau ayah dalam keluarga mereka? Mereka sudah tau dan punya pengalaman untuk mengurusi rumah tangga mereka. Jangan sampai nanti berumah tangga, mereka tidak tau bagaimana memasak nasi, menggoreng telur, melipat dan menggosok kain, dan pekerjaan dasar rumah tangga.

Last but not least, mendisiplinkan diri, itu hal sangat penting diajarkan kepada anak, jadi 'repetan' isteri dipagi hari sangat penting dan membuat seisi rumah menjadi ramai. Isteri yang mempersiapkan bontot atau sarapan pagi, selalu mengingatkan anak-anak untuk mandi, terutama anak perempuan paling kecil atau paling bontot, masih duduk di kelas dua sekolah dasar, harus diingatkan untuk mandi pagi, sehingga tak jarang ibunya harus 'merepet' dengan suara keras agar si anak gadis mau mandi pagi.

Sementara saya, untuk membangun komunikasi bersama isteri agar mahligai rumah tangga kami tetap hidup, tidak menjadi lonely marriage alias kesepian perkawinan, maka saya menerapkan strategi "Ngajak Ribut". Lah kok bisa? Caranya gimana?

Strategi ribut yang dimaksud, mengalahlah dan ngajak isteri komunikasi. Mau penting atau nga penting yang dibicarakan? Tetaplah pancing isteri untuk berkata-kata dengan pura-pura bertanya, baju yang ini dimana mak?, nanti pulang kerja kemana? Kenapa wajahmu seperti itu mak? Kayak jadi warna kuning? Atau apalah, yang penting ada komunikasi dua arah.

Memang terkadang pertanyaan tak penting itu membuat isteri naik darah, bagaimana tidak? Pas isteri sedang asyik masak, tiba-tiba saya gangguin dengan pertanyaan yang sepertinya tidak penting dijawab, namun maksud saya kan agar tidak diam-diam aja, ia kan?

Pun ketika menyediakan bontot ataupun sarapan pagi, saya tiba-tiba memanggil dengan suara agak keras, "Mak...mana baju seragamku?", padahal disitunya, namun hanya untuk memancing komunikasi, maka diapun menjawab juga dengan nada suara pelan.

Ya begitulah terkadang, menghindari Lonely Marriage, kita butuh hiburan yang kita buat sendiri dengan mengajak komunikasi, mengajak cerita, menyisakan waktu untuk meninggalkan smartphone demi menjalin komunikasi dua arah langsung, bahkan kita mengajak semua anggota keluarga untuk berkumpul dan bercerita, berani tegas agar anak-anak belajar dan meninggalkan HP sementara waktu.

Salam Blogger Persahabatan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun