Di ibaratkan memasukkan sebuah benang ke lubang jarum yang sangat kecil, dimana tidak semua orang dapat memasukkan benang tersebut ke lubang yang kecil, hanya orang-orang tertentu yang matanya masih tajam, belum terkena penyakit mata, memiliki konsentrasi tinggi dan juga kesabaran, serta strategi jitu untuk memasukkan sebuah benang ke lubang yang kecil.
Tidak mudah memang, namun jika mematuhi panduan diatas, maka memasukkan benang ke lubang jarum yang sangat kecil pastinya akan dapat dilakukan dengan baik.
Tak perlu sedu sedan itu, tak perlu meminta bantuan orang lain, apalagi sampai 'menyogok' alias membayar orang hanya untuk memasukkan benang saja ke lubang jarum yang memang super sempit itu.
Begitu jugalah nasib timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala Asia 2023 yang akan dilangsungkan di Qatar dari tanggal 12 Januari hingga 10 Februari 2024 nanti.
Ya, seperti diketahui bersama, timnas Indonesia berada di Grup bisa dibilang grup terberat alias grup neraka, karena dihuni oleh tim-tim papan atas Asia. Berada di Grup D bersama dengan Jepang, Vietnam, dan Irak, timnas Indonesia bisa dibilang akan 'ngos-ngosan' untuk menghadapi tiga tim terbaik ini.
Bukan tanpa sebab saya mengatakan demikian, karena sejarah persepakbolaan Jepang, Irak, dan Vietnam sudah cukup melegenda dengan berbagai prestasi dan juga tipe permainan cepat, serta kerjasama tim yang kuat, dipadu dengan postur tubuh yang tinggi, lincah, dan gesit membuat timnas Garuda bakalan kerepotan dan susah untuk membendung serangan tim-tim dari Asia Timur, Asia Barat, dan Asia Tenggara Daratan itu.
Sekelumit Fakta Lawan Timnas
Tentu ada sebab dan didukung oleh berbagai faktor maka saya berani mengatakan bahwa Timnas Garuda Indonesia bakal kewalahan dan bakal bersusah payah untuk lolos dari penyisihan Grup D Piala Asia 2023 yang akan dihelat di Qatar.
Prediksi saya ini didukung oleh berbagai faktor, diantaranya: yang pertama tentunya faktor prestasi, kualitas, dan ritme serta ciri permainan tim-tim yang bakal dihadapi oleh Timnas Indonesia.
Yang pertama Timnas Jepang. Sekelumit cerita fakta akan keberadaan pasukan Samurai Biru besutan Hajime Moriyasu yang bakal bikin Timnas Indonesia kalang kabut, tentunya dari segi prestasi di Piala Dunia.
Piala Dunia alias World Cup adalah ajang tertinggi jadi indikator pembanding antara Timnas Indonesia dengan Jepang.
Tim Samurai Biru ini adalah langganan peserta Piala Dunia sejak debut mereka di tahun 1998.
Di Piala Dunia yang dilangsungkan di Perancis itu, Jepang bersama dengan Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi menjadi Wakil Asia, mentas di aksi perdana mereka, Jepang harus menerima kenyataan pahit, kalah di tiga pertandingan Penyisihan Grup H melawan Jamaika, Kroasia, dan Argentina dengan skor tipis rata-rata kalah satu gol.
Namun, usai penampilan perdana itu, Jepang menjelma menjadi raksasa sepakbola Asia yang wajib diperhitungkan di setiap turnamen.
Bagaimana tidak? Total enam kali Samurai Biru sudah melakoni turnamen sepakbola paling bergengsi di planet bumi ini dan di edisi Piala Dunia tahun 2018 dan 2022 kemarin, Samurai Biru melenggang lolos hingga ke babak 16 besar.
Lantas bagaimana peluang Jepang di Piala Asia 2023 yang akan dihelat di Qatar?
Otomatis Pelatih Samurai Biru masih mengandalkan para bintangnya yang bersinar terang di Piala Dunia Qatar setahun lalu.
Pemain bintang yang merumput di Eropa semacam Wataru Endo (Liverpool), Kaoru Mitoma (Brighton &Hove Albion), Takumi Minamino (AS Monaco), Takefusa Kubo (Real Socieded), sampai Takehiro Tomiyasu (Arsenal) masih jadi andalan coach Hajime Miroyasu untuk kembali merengkuh gelar yang tertunda empat tahun lalu, dimana di ajang Piala Asia 2019 yang dihelat di Uni Emirat Arab, Samurai Biru dipecundangi oleh Qatar di final dengan skor 1-3 yang menghasilkan Qatar jadi juara Piala Asia 2019.
Belum lagi aksi Ritsu Doan bakal kembali dinanti-nanti oleh publik sepakbola dunia, mengingat apa yang dilakukan oleh pemain SC Freiburg setahun lalu di Qatar yang mampu mengoyak-oyak lini pertahanan Matador Spanyol dan Panser Jerman, serta mengubur impian dua tim Eropa untuk melaju lebih jauh lagi di Piala Dunia Qatar.
Jadi, sangat sulit bagi Timnas Indonesia untuk memukul mundur Tim Samurai Biru yang datang dengan persiapan lebih matang dan punya skuad lebih dalam.
Dari 26 pemain yang dipanggil coach Hajime Moriyasu, hanya lima orang yang berkarir di Liga Jepang, selebihnya adalah pemain-pemain yang bermain di klub-klub elite Eropa dengan kaya pengalaman, serta memiliki visi permainan, dan kerjasama tim yang lebih kompak.
Jadi hasil imbang saja melawan Samurai Biru sudah menjadi modal bagus bagi tim asuhan Shin Tae-yong saat melakoni debut di Piala Asia 2023 Qatar.
Mengapa? Hasil uji-coba saja sangat memprihatinkan.
Timnas Indonesia menelan kekalahan pada laga uji coba kedua menghadapi Libya. Pada pertandingan yang berlangsung di Mardan Sport Complex, Antalya, Turki, Jumat, 5 Januari 2024, skuad Merah Putih takluk dengan skor 1-2.
Tim kedua yang bakal membuat Timnas Indonesia panas-dingin tentunya Irak yang juga memiliki pengalaman segudang bertanding di turnamen besar dan menjadi peserta di Piala Dunia 1986, Juara Piala Asia edisi 2007, dan Piala Konfederasi 20009.
Iraq atau Irak atau biasa disebut dengan julukan Singa Mesopotamia adalah Tim asal Timur Tengah yang tidak terlalu memandang Timnas Indonesia menjadi penjegal langkah mereka untuk lolos dari babak penyisihan Grup, malah lebih memfokuskan pada bagaimana caranya mengalahkan Jepang dan menjadi pemuncak klasemen Grup D dan memiliki hasrat untuk mengulangi kejayaan di tahun 2007 dengan menurunkan skuad terbaik mereka.
Modal Irak saat mengalahkan Timnas Indonesia dengan skor 5-1 di babak kualifikasi Piala Dunia 2026 yang digelar di Stadion International Basra, November tahun lalu menjadi indikator mengapa Coach asal Spanyol, Jesus Casas tidak terlalu menganggap Timnas Garuda penghambat langkah Tim berjuluk Singa Mesopotamia menemani Jepang untuk lolos dari penyisihan Grup D.
Ketiga, tentunya timnas Vietnam. Tim besutan pelatih asal Perancis, Philippe Troussier ini datang dan mentas di ajang paling bergengsi dan paling prestisius di wilayah Asia dengan segudang asa.
Mendapatkan tongkat estafete dari pelatih asal Korea, Park Hang-seo, Philippe Troussier harus mampu membuktikan bahwa dia lebih sukses melatih Vietcong dengan menjuarai Piala Asia 2023.
Ya, Philippe Troussier adalah legenda yang pernah membawa Jepang juara Piala Asia tahun 2000-an, namun masih minim prestasi dan banyak melatih tim-tim Afrika, sebut saja Pantai Gading, Nigeria, lalu Maroko, walau sempat menjadi pelatih Timnas Jepang dan Qatar.
Cerita menarik saat melatih timnas Maroko, disitu disebutkan Philippe Troussier berpindah agama dan memilih nama Omar.
Beban berat ada di pundak Omar alias Troussier, karena fans The Golden Star Warriors, julukan untuk Timnas Vietnam sangat menginginkan 'tangan magis' Troussier membawa Doan Van Hau dan kawan-kawan untuk lebih berprestasi dibandingkan coach Park Hang-seo.
Mungkin, jika coach Shin Tae-yong lebih jeli dalam memainkan strategi dan pemain-pemain kita lebih trengginas dan lebih berani, maka Pasukan Vietchong bisa menjadi sasaran meraup kemenangan besar untuk tidak menjadi juru kunci di Grup D.
Faktor Kemenangan Indonesia
Selain kejelian dan asa mengalahkan Vietnam, satu-satunya yang dapat membuat Timnas Indonesia mampu menahan imbang Irak dan Jepang tentunya faktor cuaca yang ada di Qatar.
Sebagaimana diketahui bersama, Qatar adalah salah satu negara berada di Timur Tengah yang memiliki dua musim dalam setahun, yaitu Musim Panas dan Musim Dingin.
Musim panas biasanya terasa lebih panjang, panas, terik, lembab, dan sebahagian berawan, sehingga ini dapat dimanfaatkan oleh pasukan Garuda Indonesia untuk bermain passing dan kerjasama tim yang baik untuk membuat tim lawan kelelahan.
Namun perlu diketahui juga bahwa Jepang adalah tim yang berhasil lolos sampai ke babak perempatfinal Piala Dunia 2022 yang dihelat di Qatar setahun lalu. Tim Samurai Biru sudah terbiasa tentunya dengan cuaca di Qatar.
Pun, kala saya menyaksikan siaran ulang pertandingan Indonesia versus Irak di babak kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas kita jadi 'bulan-bulanan' permainan kerjasama tim pemain Irak yang rapi dan membuat pemain Garuda Indonesia kewalahan dan buyar konsentrasinya.
Seharusnya gol ketiga dan gol terakhir tidak perlu terjadi apabila lini belakang dan tengah kita memiliki chemistri yang bagus, apabila para pemain mengerti akan perannya masing-masing, dan memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi.
Yang terjadi apa? Satu pemain dengan pemain lain saling menunggu siapa yang mengejar bola dan menyapu bersih? Akhirnya karena menunggu, maka bola yang bergulir direbut pemain Irak dan diumpan ke pemain yang kosong tanpa pengawalan sehingga leluasa menempatkan bola dengan tendangan gledek.
Stamina dan cepatnya terkuras fisik masih menjadi beban yang harus diperbaiki oleh Shin Tae-yong, hal ini diakui oleh coach Shin sendiri usai kekalahan pada laga uji coba kedua menghadapi Libya, dimana skuad Merah Putih kalah 1-2.
Coach Shin berkata bahwa pemain Timnas Garuda lebih banyak melakukan latihan fisik dibandingkan taktik.
Lah, jadi gimana saat bersua Jepang dan Irak Coach? Apakah cukup dengan stamina? Semoga tidak jadi bulan-bulanan ya Coach...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H