Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Singgah Dulu di Wajik Peceren

2 Januari 2024   06:12 Diperbarui: 2 Januari 2024   06:36 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singgah Di Peceren, Tempat Makan Favorit Ketika Pulang Kampung. Dokpri

"Singgah di Peceren ya", begitulah ucap isteri dan anak-anak ketika mau atau pulang dari kampung menuju ke kota Medan.

Ya, Peceren.. Apakah Anda, teman-teman Sosial Media ataupun Kompasianer sudah pernah dengar kata Peceren?

Jika Belum? Maka Anda wajib untuk membaca artikel ini dan mencoba untuk singgah ke Peceren...

Peceren? Ya, sebuah Desa di Kecamatan Berastagi, Kota Berastagi, Provinsi Sumatera Utara, sekitar dua jam perjalanan dari Kota Medan ke tempat wisata ini yang letaknya di pinggir jalan lintas kota Medan menuju Kabanjahe.

Desa Peceren, begitulah orang-orang menyebutnya, adalah desa terletak di kawasan wisata Berastagi, terletak di Kabupaten Karo dan akan selalu menjadi destinasi wisata paling pavorit oleh para pengunjung dari kota Medan dan sekitarnya, pun juga oleh wisatawan asing ataupun mancanegara yang ingin berkunjung ke Indonesia.

Tak hanya dari sekitaran Kota Medan dan juga wisatawan asing, dari seluruh pelosok tanah air juga sangat mengidolakan kawasan wisata Berastagi ini, karena selain keindahan alamnya, Gunung Sinabung, juga pastinya dengan cuaca dinginnya dan juga kekayaan alamnya yang membuat para wisatawan penasaran akan keindahan kawasan Berastagi ini, tak terkecuali dengan keberadaan Desa Peceren, plus keberagaman budaya dan agamanya.

Setiap pulang kampung atau kembali dari kampung ke Medan, saya dan keluaga selalu melewati Desa Peceren dan melihat beberapa gedung dengan ciri khas Warung yang menjual Wajik Peceren.

Ketika akan melewati jalan lintas tersebut, anak-anak sudah mewanti-wanti dan setengah memelas agar singgah di Peceren, selain untuk beristirahat tentunya untuk mengisi perut yang kosong karena dari Medan selalu berangkat di pagi hari untuk menghindari kemacetan di beberapa titik.

Tempat untuk beristirahat plus mengisi perut, Warung Wajik Peceren adalah tempat yang tepat dan anehnya juga, itu berlaku untuk semua wisatawan lokal yang melewati Berastagi ataupun Desa Peceren.

Semuanya berkumpul untuk istirahat plus menikmati sajian menu Wajik Peceren yang melegenda itu.

Lantas, mengapa Wajik sebagai menu utama dari Warung Peceren ini yang notabene adalah menu makanan ciri khas dari masyarakat Jawa dapat sampai ke Berastagi yang mayoritas dihuni oleh Masyarakat Karo?

Sejarah Desa Peceren

Desa Sempa Jaya atau disebut juga dengan Peceren merupakan sebuah desa kecil di pinggiran kota Berastagi dan didiami oleh kurang lebih 700 keluarga dan berjarak kurang lebih dua kilometer dari Berastagi.

Peceren sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang biasanya digunakan untuk menyebut air selokan, limbah, atau air buangan bekas mencuci, dan di Peceren, Sukut Etnis Jawa bermigrasi ke Tanah Karo sekitar tahun 1950, menjadi pekerja atau buruh tani di ladang ataupun perkebunan masyarakat Karo di sekitaran Desa Peceren.

Lantas ibu-ibu dari suku Jawa yang bermigrasi ini mencoba peruntungan dengan membuka usaha sampingan berjualan Pecel dan Wajik, makanan Khas Tradisional Jawa untuk menambah penghasilan mereka.

Mereka berjualan berkeliling dari rumah warga yang satu ke rumah warga yang lain, mulai mengenalkan makanan khas Jawa, Pecel, Kue Wajik, dan kue-kue tradisional lainnya.

Usaha berjualan dari pintu ke pintu itu akhirnya membuahkan hasil, masyarakat di Tanah Karo dan sekitarnya mulai terbiasa dengan menu Pecel dan Wajik Peceren ini, hingga berkembang dan berkembang menjadi seperti sekarang ini.

Kue Wajik Peceren menjadi ciri khas makanan di Peceren yang paling ikonik, karena paling digemari, hingga mereka membuka usaha rumah makan bernama Warung Wajik Peceren.

Sekarang kita melihat tidak hanya warung, tapi sudah menjadi toko-toko besar yang menyediakan tempat yang luas bagi pengunjung yang akan singgah untuk makan Pecel, Wajik Peceren, hingga menu-menu lainnya dan menjadi Oleh-Oleh Khas Wajik Peceren yang melegenda dan menjadi Buah Tangan apabila singgah di Toko Wajik Peceren.

Meningkatkan Ekonomi Rakyat

Sebenarnya, tidak hanya Kuliner Tradisional yang disuguhkan oleh Warung Wajik Peceren yang menjadi daya pikat dan mengapa para pengunjung harus singgah sebentar di Desa Sempajaya ini, namun ada juga beberapa Rumah Adat Tradisional Karo yang sudah berumur panjang, namun masih kokoh dan kuat, serta masih dapat ditempati hingga sekarang, walau sudah berumur 120 tahun.

Tempat Makan dan Istirahat favorit. Dokpri
Tempat Makan dan Istirahat favorit. Dokpri
Lanjut ke cerita Peceren, lokasinya yang strategis, tepat berada di Jalan Lintas Jamin Ginting, yang merupakan jalur utama Medan -- Berastagi, memudahkan dan menarik minat kita untuk singgah sebentar melepas kepenatan menyetir dan mengisi perut yang kosong dengan Wajik, yang menjadi primadona untuk dimakan sambil bercanda, sambil bercerita dengan anak-anak.

Pagi itu sekitar pukul 09.00 Wib sepulang dari liburan menuju ke Medan, anak-anak sudah berkata, "Pa, Singgah di Peceren ya!".

Dan Toko Wajik sudah mulai rame dengan pengunjung yang tentunya memesan menu makanan sesuai dengan selera mereka. Kamipun mengambil tempat, duduk dan mulai memesan makanan seturut dengan selera masing-masing.

Masih bingung dengan mengotak-atik menu makanan, lembar per lembar, pelayan sudah menyuguhkan menu ciri khas, apalagi kalau bukan Wajik Peceren yang sudah melegenda itu.

Saya langsung saja ambil sendok untuk mencolek Wajik tersebut dan memasukkan ke mulut, wow rasanya memang nikmat dan mengobati rasa kangen akan Wajik Peceren.

Pesanan pun datang sesuai dengan selera masing-masing, ada yang pesan Nasi Soto, Mie Goreng, Pecel, dan saya sendiri makan Wajik dan juga kue-kue tradisional lainnya ditemani secangkir kopi.

Awalnya saat pertama mulai usaha jenis kuliner yang dijual masih sebatas wajik, pecal, dan beberapa kue tradisional lainnya, namun, saat ini dengan perkembangan jaman mereka juga sudah melengkapi kuliner lainnya mulai dari kue khas Karo sendiri maupun khas daerah lainnya, seperti Ombus-Ombus, Cimpa dan juga makanan khas lainnya.

Yang pastinya dengan keberadaan tempat makan Wajik Peceren ini telah menambah income dari masyarakat setempat, karena imbas dari ramainya pembeli, tidak hanya pengusaha Wajik Peceren yang mendapatkan untung banyak, namun juga para tukang parkir, toko-toko yang lain juga yang berjualan disekitaran jalan lintas Medan -- Berastagi ini juga mendapatkan untung yang banyak.

Inilah salah satu Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat Lokal yang wajib dikunjungi..Selamat Menikmati Liburan Tahun Baru 2024...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun