Tragis memang akibat kekalahan Timnas Garuda Muda Indonesia dari Vietnam di babak semifinal Piala AFF 2022, pro kontra terjadi dan pastinya itu lumrah, diperdebatkan, khususnya eksistensi dan pembuktian kapasitas pelatih kepala yang dipegang oleh Shin Tae-yong.
Tak sedikit yang menginginkan pelatih asal Korea ini mengundurkan diri atau pulang ke negaranya usai gagal total mempersembahkan gelar kebanggaan bagi negara-negara asia tenggara itu, dengan munculnya tagar #STYout dan menjadi tranding topic dibeberapa waktu di media Twitter.
Namun, tak sedikit juga yang mendukung agar coach Shin tetap duduk manis di kursi panas kepelatihan Timnas Indonesia walau gagal total di dua pagelaran Piala AFF, tahun 2020 (2021) dan tahun 2022 ini.
Walau faktanya tak semua kegagalan timnas merah putih adalah kesalahan coach Shin, namun setidaknya kemampuan Shin dalam memilih komposisi pemain dan menaikkan level permainan timnas, baik itu skill individu maupun kekompakan tim serta meramunya menjadi kesebelasan yang tangguh di level Asia Tenggara saja sudah gagal total.
Terbukti sudah dengan hasil yang diraih di Piala AFF awal tahun 2023 ini, harapan publik tanah air akan datangnya prestasi pelipur lara atas tragedi nasional Kanjuruhan 2022 dapat terobati ternyata berakhir dengan kepahitan, kalah agregat 0-2 dari Vietnam di babak semifinal.
Kegagalan Timnas meraih gelar untuk pertamakalinya di sepanjang keikutsertaan Timnas Indonesia di Piala AFF mulai dari bernama Piala Tiger hingga dipentaskan sampai 14 edisi, Timnas Indonesia selalu gagal jadi juara, prestasi terbaik palingan di titik runner-up sebanyak 6 kali, walau PSSI kita sudah gonta-ganti pelatih, namun 'kutukan' untuk jadi juara Piala AFF belum juga termentahkan hingga Piala AFF 2022.
Artikel prediksi kegagalan Timnas Indonesia dapat Anda baca disini :Â Timnas Indonesia, Panas di Awal tapi Melempem di Akhir Turnamen Piala AFF
Hasil Piala AFF harusnya jadi indikator untuk semua pencinta sepakbola akan kursi panas coach Shin, apakah layak dipertahankan? Atau coach punya kesadaran sendiri untuk legowo dan meletakkan jabatannya dan sementara waktu dipegang oleh caretaker pelatih lokal yang mumpuni, sehingga proggram-program PSSI lainnya dapat terwujud dengan baik? Entahlah...
Dan polemik kelanjutan karir coach Shin di Indonesia menjadi perbincangan hangat, bahkan sudah menjurus ke dua kubu, kubu yang mempertahankan atau menginginkan Shin Tae-yong tetap bertahan walau nill prestasi dan yang menginginkannya tetap bertahan dengan dalih bahwa Shin telah mampu membawa timnas Indonesia ke level yang kuat dan mental pemain kita sudah mulai terlihat...
Hello..masa sih coach Shin sudah mampu menaikkan pamor sepakbola nasional kita? Kalau kita bandingkan dengan Vietnam saja, jelas dari hasil semifinal Piala AFF 2022 kita kalah, kalah dua tingkat dibawah Vietnam, kalau kita mau jujur dan mengakuinya? Kalau masih berhalusinasi memang tetap Timnas PSSI kita sekarang adalah yang terbaik...
Walau akhirnya harus kalah dari The War Elephent, julukan timnas Thailand, namun pencapaian Park Heng-seo, sang rival Shin Tae-yong yang melatih The Golden Star, julukan timnas Vietnam sudahlah maksimal, mampu membawa perubahan besar dalam tubuh sepakbola Vietnam yang mampu menembus babak final dan hanya kalah tipis...
Yang paling salut dari pelatih berusia 65 tahun ini berani mempertaruhkan jabatannya di Piala AFF 2022, usai kalah di leg kedua babak final, setelah di kandang Vietnam, Stadion My Dinh, Hanoi pada Jumat (13/1/2023), armada Park Heng-seo itu sebenarnya sukses menahan imbang 2-2 pasukan Mano Polking, namun kala balik bertandang ke kandang Thailand, Stadion Thammasat, Senin (16/1/2023), Pasukan Gajah Perang mampu menuntaskan perlawanan pasukan Vietnam dan mampu memenangkan pertandingan sarat gengsi itu dengan skor tipis 1-0.
Kapten Gajah Putih, Theerathon Bunmathan menjadi pahlawan kemenangan lewat gol tunggalnya di menit ke-24 yang sekaligus menahbiskan dominasi Thailand di pagelaran Piala AFF edisi ke-14 dengan raihan tujuh kali gelar juara, sementara untuk Vietnam ini adalah kegagalan yang harus dibayar mahal dengan mundurnya pelatih berjuluk Terminator itu dan harus mengakhiri kisah manisnya yang pernah membawa Vietnam juara Piala AFF tahun 2018 lalu.
Park Heng-seo akhirnya menyudahi karirnya menjadi pelatih Timnas Vietnam usai kontraknya tak diperpanjang yang akan habis di 31 Januari 2023. Pelatih yang didatangkan sejak tahun 2017 telah membawa Timnas The Golden Star ke masa emasnya dengan rincian 55 laga, 26 kemenangan, 15 imbang dan 14 kekalahan.
Sementara selain melatih timnas senior, Park Heng-seo juga melatih timnas Vietnam U-23 dengan rincian prestasi dua kali juara cabang sepakbola SEA Games tahun 2019 dan 2021 serta runner-up Piala Asia U-23 tahun 2018.
Bandingkan dengan coach Shin Tae-yong yang sampai sekarang, sejak tahun 2019 didatangkan, saya rangkum dari berbagai sumber, maka capaian atau prestasi Shin hanyalah mampu membawa Timnas Merah Putih jadi runner-up di Piala AFF tahun 2020 setelah gagal mengalahkan Gajah Perang di final.
Lalu mampu mempersembahkan medali perunggu SEA Games 2021 untuk Timnas U-23 dan meloloskan Timnas Senior ke putaran final Piala Asia 2023.
Memang sungguh padat jadwal timnas kita di tahun 2023 ini, tapi, dengan bergabungnya Park Heng-seo, yang notabene sudah tau kekuatan timnas kita, saya yakin pastinya ada perubahan dalam tubuh timnas kita.
The Terminator ini pastinya mampu memompa semangat dan daya juang pemain kita yang tak tampak dalam kepemimpinan Shin. Juga mampu memberikan perubahan terhadap permainan dan kualitas tim kita, terutama mental bermain yang sangat disorot kala bermain di Piala AFF 2023 ini yang jujur, bermain tanpa roh, bermain tanpa pola yang jelas dan terkesan mellow atau memble di lapangan.
Terkena tekel sedikit saja sudah meringis kesakitan dan terpincang-pincang, terkena senggol saja atau body cash langsung jatuh dan berguling-guling, apalagi kalau kehilangan bola? Bukannya mengejar dan berusaha kembali merebut bola, eh malah jalan, belum lagi stamina yang merosot disinyalir karena kurangnya bermain di Liga Indonesia yang amburadul dan konon katanya lagi bukan kompetisi karena tak ada degradasi itu....
Jadi, ini mental dan kekuatan yang akan dipertontonkan saat berlaga di Piala Asia Qatar 2023 dan Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di negeri kita sendiri nantinya? Bisa jadi bulan-bulanan tim kuat donk...
Agenda padat timnas dimulai dari Piala Asia U-20 yang akan dipentaskan di Uzbekistan Maret 2022 nanti.
Jika Shin tak mampu mengobati 'luka' para pemain yang gagal di Piala AFF dan menaikkan mental mereka kembali serta mempersiapkan tim yang lebih siap di kompetisi yang lebih ketat ini, karena pesertanya bukan hanya dari Tim Asia Tenggara saja, namun tim-tim kuat di Asia, termasuk tim yang lolos ke Piala Dunia 2022, ada Qatar -- tuan rumah World Cup 2022, ada Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, dan juga negara-negara kuat lainnya.
Sementara Garuda Indonesia berada di Grup A bersama tuan rumah Uzbekistan, Irak dan Suriah. Secara matematis, Suriah mungkin bisa dilewati, walau pernah meraih kampiun turnamen Piala Asia 1994.
Namun bagaimana dengan irak? Sungguh butuh keajaiban, sebab Irak merupakan negara pemegang lima gelar juara Piala Asia U-19 yakni pada tahun 1975, 1977, 1978, 1988 dan 2000. Sementara tuan rumah? Pastinya tak akan mau mengalah dengan mudah di kandang sendiri.
Jadi sungguh berat beban yang harus dipikul oleh coach Shin, sehingga butuh pendamping yang sepadan..
Oklah, Shin memegang jatah timnas Piala Asia U-19, bagaimana dengan nasib Timnas Garuda Indonesia U-23 yang akan mentas di SEA Games 2022 Kamboja pada Mei 2023 nanti?
Disinyalir coach Shin tak akan mendampingi tim yang akan berlaga di SEA Games karena fokus akan Timnas yang turun di Piala Asia U-19 yang sekaligus juga akan diturunkan untuk bermain di ajang Piala Dunia U-20 yang dimainkan pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023 di tanah air kita sendiri.
So, bisalah untuk timnas yang akan berlaga di SEA Games 2022 dilatih oleh Park Hang-seo yang kini sudah 'nganggur' sehingga dapat berbagi ilmu, pengalaman, bahkan dapat 'merehabilitasi' mental bermain sepakbola kita yang kurang daya dobraknya dan kurang percaya dirinya, minimal dapat bermain dengan semangat spartan dan juga gaya bermain yang diperankan oleh pasukan Vietnam...
Semoga tulisan ini dapat membuka wawasan kita...ini hanya tulisan biasa saja...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI