Namun apa daya? Lagi-lagi Shin Tae-yong mencari-cari alasan mengapa timnas kita kalah dan tersingkir. Memang sudah kebiasaan pelatih-pelatih asing untuk mencari alasan kekalahan agar tidak dianggap 100 persen gagal.
Kali ini alasan lapangan jadi biang keladi kekalahan memalukan 2-0 dari Vietnam yang menjadi lawan di semifinal leg kedua yang dilangsungkan di Stadion My Dinh Senin (9/1/2023). Â
Harusnya hasil imbang 0-0 saat leg pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (6/1/2023) sore WIB, jadi peluang besar untuk lolos ke final dengan hanya menang 1-0.
Namun apa daya? Skuad yang saya prediksi bakalan memang nga bakal mampu meraih final, karena diisi pemain-pemain bintang dan punya ego tinggi itu bakalan tak akan mampu menampilkan kerjasama tim yang bagus untuk meraih kemenangan.
Pemain-pemain pilihan coach Shin kebanyakan pemain yang tidak mau bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk kemenangan tim. Pemain yang malas mengambil bola yang lepas dari kaki mereka, pemain yang hanya pengen menerima bola atau umpan dan langsung mengiring bola sendirian tanpa mau membagi bola ke rekannya yang bebas. Pengen jadi pahlawan kesiangan dengan mencetak gol sendiri. Itulah yang saya lihat...
Memang susah mencari dan memadukan pemain-pemain yang sudah merasa level tinggi, masih susah untuk belajar dari Argentina sang juara Piala Dunia 2022 dengan komposisi pemain yang mampu bekerjasama, bekerja keras, dan mau belajar dan diajari oleh sang maestro Lionel Messi.
Tidak adanya sosok panutan di lapangan hijau seperti Boaz Salossa ataupun El Loco Gonzales ataupun sosok gelandang elegan seperti Bima Sakti membuat permainan timnas kita amburadul, tak tertata, tak mampu mengontrol permainan dan tidak ada pemandu atau komposer di lapangan hijau membuat instruksi ataupun arahan ataupun taktik coach Shin tak dapat diterapkan dengan baik di lapangan hijau.
Benar saja, ibarat permainan lato-lato yang lagi trend itu, timnas Indonesia tak dapat berbuat banyak saat bertanding di stadion My Dinh kandangnya Vietnam.
Baru dua menit usai peluit pertandingan dibunyikan wasit asal Jepang, Araki Yasuke timnas Indonesia sudah diajak para pemain Vietnam bermain lato-lato dengan kecepatan tinggi.
Ya, permainan cepat lato-lato yang dimainkan oleh tangan itu kita lihat di layar televisi seperti benar-benar terjadi. Para pemain Vietnam dengan semangatnya tak gentar menghadapi pasukan coach Shin.
Pertandingan baru berjalan dua menit, umpan lambung pemain bernomor punggung 8, Do Hung Dung dari tengah garis lapangan memaksa pemain belakang Indonesia berlomba lari dengan striker Vietnam bernomor punggung Nguyen Tien Linh yang jadi momok menakutkan bagi linin belakang timnas kita.