Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Apakah Anda Kena Prank Seperti Saya?

23 November 2022   09:28 Diperbarui: 23 November 2022   09:33 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ariel Ortega jadi biang kekalahan Argentina di Piala Dunia 1998. sumber gambar:www.bolaskor.com

 

Di setiap turnamen empat tahunan Piala Dunia bakal berlangsung, maka Albiceleste, julukan untuk timnas Argentina akan selalu menjadi favorit juara jika lolos dari babak kualifikasi. Entah mengapa, mungkin sisa-sisa dari pesona si bocil, Maradona membuat banyak pecinta sepakbola belum move on dari timnasnya Evita Peron ini, sehingga disetiap turnamen Piala Dunia, maka timnas Argentina bakal susah untuk tidak didukung dan bakal selalu menjadi salah satu tim favorit yang diunggulkan minimal melaju sampai ke babak final, bila perlu segala pernak-pernik dan kostumnya diburu untuk dipakai kala timnasnya berlaga, tak terkecuali oleh penulis sendiri.

Sihir dan magnet yang dipertontonkan oleh Tim Tanggo di Piala Dunia 1986 mungkin jadi awal saya mencintai sepakbola, walau waktu itu hanya membaca dari tabloid Bola, Koran, dan mendengar cerita orangtua di kedai kopi akan kehebatan Maradona, tapi setidaknya itulah yang menghipnotis untuk mendukung Timnas Argentina disetiap Piala Dunia bergulir.

Walau di Piala Dunia yang dilangsungkan di Amerika Serikat tahun 1994, Maradona harus angkat koper duluan dari turnamen karena kedapatan menggunakan doping jenis efedrin yang berimbas pada turunnya performa dan rasa percaya diri Gabriel Batistuta dan kawan-kawan sehingga harus tersingkir dari turnamen dan pulang lebih awal karena di babak perempat final, kalah dari Rumania dengan skor 2-3, namun tak menyurutkan saya untuk tetap menjadi fans setianya Albicelestes di setiap turnamen empat tahunan itu.

1998, Pengalaman Pertama Diprank Ariel Ortega 

Tahun 1998 adalah tahun pertama diprank Argentina, bagaimana tidak diprank? Gabriel Batistuta dan kawan-kawan datang ke Perancis tetap dengan status salah satu tim favorit juara, walau hancur-hancuran di Piala Dunia 1994 akibat kasus doping.

Kali itu, Argentina datang dengan skuad mentereng, karena dihuni pemain-pemain top yang berkarir di Eropa, sebut saja Roberto Ayala, Mathias Almeyda, Nestor Sensini, Claudio Lopez, Diego Pablo Simeone, Gabriel Batistuta, bomber yang bermain untuk Fiorentina, dan Juan Sebastian Veron, sehingga sangat sulit untuk memalingkan muka dari timnas ini di Piala Dunia.

Ariel Ortega jadi biang kekalahan Argentina di Piala Dunia 1998. sumber gambar:www.bolaskor.com
Ariel Ortega jadi biang kekalahan Argentina di Piala Dunia 1998. sumber gambar:www.bolaskor.com

Apalagi dekade itu style atau gaya Batistuta usai mencetak gol ke gawang lawan kala membela Fiorentina serta ketajaman kaki kanan, kiri serta sundulan berkelasnya bakal membuat banyak orang memprediksi pemain bernomor punggung 9 itu bakal bisa membawa pulang Piala Dunia ke Buenos Aires.

Bahkan banyak membandingkan skuad tahun 1998 dengan Tim Tanggo era 1986 yang menjuarai Piala Dunia kedua kalinya dan skuadnya tak kalah jauh beda. Kemiripan Maradona dapat kita temui dalam diri Ariel Ortega, walau dari segi skill masih kalah jauh, Claudio Caniggia dalam diri Gabriel Batistuta, walau pemain berjuluk Batigol ini lebih sadis dan lebih tipe pembunuh di kotak penalti lawan.

Apalagi selama penyisihan Grup H, Batistuta dan kawan-kawan sangat begitu menyakinkan membantai semua lawan-lawannya, Jepang digasak dengan skor 1-0, lalu giliran Jamaika dibantai dengan skor meyakinkan 5-0 lewat hattrick Gabriel Batistuta dan dua gol lagi oleh si bocil Ariel Ortega.

Lalu, di partai terakhir Grup H, Kroasia berhasil ditumbangkan lewat gol tunggalnya Mauricio Pineda di menit ke-36, menghantarkan Albicelestes sukses menempati juara grup H dan berhak lolos ke babak 16 besar bersua dengan The Three Lions, Inggris.

Tentu partai ini paling ditunggu-tunggu apalagi Inggris juga dipenuhi dengan pemain sarat bintang di eranya itu, sebut saja Michael Owen, David Bechkam, Alan Shearer yang masih aktif jadi bombernya Newcastle United, dan banyak lagi pemain-pemain bintang Liga Primer Inggris yang kala itu sangat identic dengan kejayaan Manchester United.

Apalagi aroma rivalitas perebutan kepulauan Falkland atau Islas Malvinas, kepulauan kaya minyak warisan Spanyol yang jadi rebutan juga berimbas saat pertandingan di lapangan hijau terjadi. Terbukti, pancingan-pancingan emosional dari Diego Simeone mampu membuat seorang David Beckam membuat blunder dengan menendang paha Simeone yang memaksa wasit Kim Milton Nielsen dari Denmark mengeluarkan kartu merah untuk Bechkam.

Pertandingan semakin memanas, namun gol tak kunjung datang dan skor akhir tetap 2-2 berkat gol Gabriel Batistuta dan Javier Zanetti dari kubu Argentina dan Michael Owen serta Alan Shearer dari timnas Inggris.

Sampai babak normal, pertandingan tetap seri, Argentina tak mampu memanfaatkan jumlah pemain dengan menambah pundi-pundi golnya dan memaksa pertandingan harus disudahi lewat adu tos-tosan di titik putih.

Empat pemain Tim Tanggo yang jadi eksekutor berhasil menjalankan tugasnya masing-masing, menendang ke jala gawang tanpa harus dapat dihadang David Seaman, diantaranya Roberto Ayala, Marcelo Gallardo, Juan Veron, dan Sergio Berti, hanya Hernan Crespo yang gagal melaksanakan tugasnya.

Sementara di Timnas Inggris, David Batty dan Paul Ince gagal mengeksekusi penalty, hanya Michael Owen, Paul Merson dan Alan Shearer yang sukses sehigga skor akhir 4-3 yang memaksa Inggris harus angkat koper dari turnamen France'98, Argentina lolos bersua dengan Belanda di babak perempat final.

Inilah prank pertama Argentina bagi saya, bagaimana tidak? Saya lebih menjagokan Argentina, walau tak dapat dipungkiri Belanda juga adalah salah satu tim favorit saya, namun ibarat timbangan, timbangan untuk Argentina lebih berat daripada untuk Belanda.

Akhirnya Belanda menang dengan skor akhir 2-1 dan siapa yang ngeprank hingga Argentina kalah? Siapa lagi kalau bukan Ariel Ortega yang terpancing emosinya dan menanduk Kiper Belanda, Edwin van der Sar. Kisah prank Argentina pertama versi saya...

2010, Prank Langsung Oleh Maradona

Tahun 2002, samasekali tak mendukung Argentina karena masih trauma dengan prank tahun 1998, dan terbukti Argentina untuk pertamakalinya di tahun itu gagal lolos dari penyisihan grup sepanjang 51 tahun keikutsertaan Tim Tangggo di Piala Dunia. Tergabung di Grup F bersama Inggris, Swedia dan Nigeria, Argentina yang masih dimotori oleh Ortega, Sorin dan Hernan Crespo itu malah hanya mampu mengumpulkan 4 poin dan finis di urutan ke-3 hingga gagal ke babak 16 besar.

Pun di tahun 2006 karena lebih menjagokan Italia dan benar, Italia jadi juara usai bermain dengan otak selain otot, tandukan Zidane menjadi awal kehancuran Perancis dan awal kemenangan Italia yang terbukti di final mampu menjungkalkan tuan rumah Jerman, hingga jadi juara ketiga.

Kesalahan Taktik Maradona Disinyalir Jadi Kekalahan Messi, dkk Kontra Jerman. sumber gambar:www.tribunnews.com
Kesalahan Taktik Maradona Disinyalir Jadi Kekalahan Messi, dkk Kontra Jerman. sumber gambar:www.tribunnews.com

Piala Dunia 2010 Afrika Selatan menjadi prank kedua bagi saya pribadi, ketiga saya menjagokan Argentina. Ya, Tim Tanggo yang kali itu dilatih oleh si pencipta gol 'tangan tuhan', Maradona datang ke Afrika Selatan dengan kekuatan penuh, ditambah rasa percaya diri kuat karena ditangani oleh orang yang pernah berjasa bagi Tim Tanggo dan juga the rising star, Lionel Messi.

Kali pertama itu juga saya dengan pedenya datang ke cafe bersama mantan pacar saya memakai jersey Argentina dan duduk paling depan di acara nonton bareng (nobar) perempat final yang mempertemukan Tim Tanggo versus Panzer Jerman.

Namun apa yang terjadi? Aduh, sungguh memalukan saya harus mengenakan jaket saya karena malu mengenakan jersey Argentina, saya pakaikan jaket nutupi jersey dan pindah kursi ke belakang karena tak kuat dengan sorakan fans Jerman yang ada di belakang saya.

Skor 4-0 membuat nyali saya ciut untuk tetap tegak dengan jersey Tanggo, padahal ketika skor masih 0-1, saya masih bisa meladeni fans Jerman dengan mengatakan 'sihir' Messi belum muncul, namun hingga menit ke-68 kala Miroslav Klose menjebol gawang Sergio Romero, sorakan fans Jerman dibelakang makin menjadi-jadi membuat fans Argentina yang dapat tempat di depan mulai berkeluaran satu per satu, pun saya ketika Arne Friedrich mencetak gol ketiga Jerman di menit ke-74 membuat saya langsung tutupi jersey Tanggo dengan jaket dan pindah ke belakang berharap keajaiban datang dan mengubah skor.

Memang papan skornya berubah tapi untuk keunggulan Jerman menjadi 0-4 lewat gol Miroslav Klose di menit ke-89.

Prank 2018 dan 2022

Lagi-Lagi Messi Angkat Koper Kalah Kualitas dari Perancis di Rusia 2018. sumber gambar:bola.okezone.com
Lagi-Lagi Messi Angkat Koper Kalah Kualitas dari Perancis di Rusia 2018. sumber gambar:bola.okezone.com

Piala Dunia 2018 memaksa saya juga harus menjatuhkan pilihan ke Argentina usai Italia gagal lolos babak kualifikasi dan lagi-lagi kena prank karena Perancis lebih siap untuk menjuarai Piala Dunia Rusia dibandingkan dengan Argentina. Lagi-lagi Messi dan kawan-kawannya membuktikan bahwa mereka lebih trengginas dan semangat kalau membela klub dibandingkan ketika membela timnas Argentina.

Nah, semalam kita juga kena prank sedunia oleh kelakuan anak-anak asuhan Lionel Scaloni yang secara megenjutkan memilih bermain ala tarkam daripada bermain ala tarian Tanggo yang selama ini diidentikkan dengan timnas mereka.

Praktis selama pertandingan tak ada tarian Tanggo itu, yang ada permainan kasar nan tak punya taktik dan kesabaran untuk membobol gawang asuhan Herve Renard yang sukses membuat tembok kokoh dan mematikan pergerakan trio Messi, Di Maria dan Lautaro Martinez.

Trio M itu kebanyakan gaya tanpa ada penyelesaian akhir, memang di awal-awal pertandingan sepertinya meyakinkan publik dan penonton di seluruh dunia, termasuk saya bahwa Messi dan kawan-kawan bakalan pesta gol, apalagi baru 1 menit pertandingan Messi sudah mengancam lewat tendangan terukurnya, juga lewat sepakan penalty, walau didapat secara kontroversial bantuan VAR.

Namun, hingga akhir pertandingan, kita semua tau skor akhirnya, 1-2 berkat gol mengejutkan dari Saleh Al-Shehri menit ke-48 dan sepakan keras dari dalam kotak penalty Salem Al-Dawsari menit ke-53 yang membuat saya sukses kena prank, bahkan seluruh penonton di belahan dunia ini menjagokan Albiceleste bakal menang mudah, namun faktanya?

Ternyata nama besar tim dan skuad tak menjamin bakal menang mudah...benar kalau bola itu bundar, unpredictibel...

Apakah Anda seperti saya kena Prank? Selamat...He..He..He

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun