Piala Jules Rimet, begitulah dia disapa saat awal diperkenalkan ke dunia untuk diperebutkan oleh negara dari setiap benua dengan tujuan mulia perdamaian di lapangan hijau usai perang Dunia kesatu. Ide brilian Jules Rimet ini untuk mempersatukan setiap negara di lapangan hijau menjadi kisah sejarah panjang yang akan singgah di Qatar dalam hitungan hari.
Ya, sebentar lagi Piala Dunia edisi ke-22 akan resmi dihelat di Qatar dan menjadi sejarah panjang perhelatan sepakbola paling akbar itu singgah ke Timur Tengah setelah ke benua Asia di tahun 2002. Torehan sejarah yang membuat wajah Piala Dunia kali ini mengalami perubahan, baik itu tempat dan juga waktu penyelenggaraan yang biasanya dihelat di pertengahan tahun, tapi kali ini mencoba melawan kodrat dari biasanya.
Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah memang sarat dengan kontroversi, karena baru kali ini FIFA menyelenggarakan perhelatan sepakbola paling akbar diseantero jagad ini di Timur Tengah dengan isu suap sampai dengan isu pelanggaran hak asasi manusia.
Seperti saya kutip dari sumbernya, disini, diceritakan bahwa Netflix telah merilis sebuah trailer film berjudul FIFA Uncovered yang menampilkan kebobrokan FIFA dan skandal dibalik penyelenggaraan World Cup yang akan diselenggarakan di Qatar.
Suap dan Isu Kematian
Kebobrokan dan skandal yang dimaksud dalam film FIFA Uncovered ini adalah mencoba mengungkap korupsi, pencucian uang, hingga penghindaran pajak. Jadi seperti apa film yang bakal ditayangkan bersamaan dengan pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022 antara tuan rumah Qatar kontra Ekuador.
Memang penunjukan Qatar jadi tuan rumah sangat sarat dengan kepentingan, politik dan praktik suap. Bagaimana tidak? Amerika Serikat yang pernah sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994 hingga menjadi negara paling disegani di dunia dengan julukan negara super power, adi kuasa, hingga negeri paman Sam ini kalah suara atau voting dari Qatar?
Bisa-bisanya Qatar mendapatkan 14 suara, sementara Amerika Serikat hanya 8 suara? Ada apa ini?Â
Ternyata dilansir dari Sky News, tahun 2014, surat kabar The Sunday Times menerbitkan dokumen FIFA yang menunjukkan mantan Presiden Asian Football Association (AFC), Mohamed Bin Hammam telah melakukan suap dengan total lebih dari 5 juta dollar AS yang diberikan kepada pejabat sepakbola dari berbagai negara untuk memastikan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Walau bukan suap untuk jadi tuan rumah yang melengserkan Bin Hammam dari kursi empuknya, namun tetap saja kasus suap pemungutan suara untuk melengserkan Sepp Blatter dari kursi presiden FIFA penyebab Bin Hammam dilarang beraktivitas di dunia sepakbola.
Isu paling menyita perhatian tentunya bagaimana banyaknya para pekerja imigran yang meninggal dunia selama pembangunan stadion di Qatar. Dilaporkan dari The Guardian bahwa banyak pekerja imigran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Langka meninggal sejak tahun 2010 sampai dengan 2020 dengan angka mencapai lebih dari 6.500 jiwa, ini belum termasuk dari Filipina dan Kenya yang tidak melaporkan jumlah pekerja imigrannya yang bekerja di Qatar.
Ini masuk akal mengingat Qatar harus menyelesaikan tujuh stadion yang berstandard FIFA yang layak untuk turnamen sekelas Piala Dunia dan juga mengebut pembangunan infrastruktur penunjang perhelatan akbar dengan proyek besar seperti bandara baru, jalan raya, sistem transportasi umum, hotel serta pembangunan infrastruktur di kota-kota yang dihunjuk jadi tuan rumah.
Cuaca Panas Selama Turnamen
Kita tinggalkan kasus mega suap tuan rumah Piala Dunia 2022 dan juga isu kematian para pekerja imigran, selanjutnya kontroversi penyelenggaraan yang melawan kodrat tentunya suhu, cuaca dan waktu penyelenggaraan yang diundur ke bulan Nopember 2022 ini dari biasanya dihelat dipertengahan tahun atau diakhir musim kompetisi Eropa.
Tahun ini, World Cup dihelat dibulan Nopember, bukan Juni-Juli seperti yang sudah-sudah, ini dikarenakan letak geografis Qatar yang berakibat pada cuaca cuaca ekstrem saat musim panas yang berlangsung di pertengahan tahun. Sementara di bulan Nopember diprediksi musim di Qatar memasuki musim dingin, sehingga diharapkan cuaca tidak terlalu panas dan pemain dapat memaksimalkan permainan dengan baik seperti di Eropa atau Asia.
Namun, lagi-lagi saat latihan pemanasan dan penyesuaian cuaca, dilaporkan timnas Inggris sudah tidak tahan dengan cuaca panas di Qatar. Terlihat dalam beberapa postingan di Instagram yang saya miliki, beredar video para punggawa The Three Lions berdiri di depan pendingin setelah menjalani latihan di Stadion Al-Wakrah yang saat itu suhu setempat menyentuh angka 33 derajat Celcius.
Sang pelatih Gareth Southgate sampai harus was-was dengan kondisi fisik pemainnya yang merasa kepanasan dan sulit mengembangkan kualitas latihan akibat kegerahan. Apakah ini bakal jadi sinyal pertandingan selama Piala Dunia ini akan kurang menarik karena banyaknya waktu yang akan dibutuhkan para pemain untuk minum dan beristirahat?Â
Inggris sendiri sangat berambisi untuk jadi juara karena tertunda di tahun 2018, apalagi hanya jadi finalis di Euro 2020 yang disingkirkan Italia secara menyakitkan?
Menonton Sambil Bekerja
Selain cuaca panas menyengat walau sudah memasuki musim dingin, tentunya turnamen yang biasanya dilakukan di pertengahan tahun yang juga tentunya bersamaan dengan libur semester.
Kini World Cup diselenggarakan di bulan Nopember, dimana para penikmat sepakbola dunia akan dibiasakan untuk lembur dan bakal tidak fokus bekerja karena adanya 'magnet' pertandingan-pertandingan seru antar negara yang bakal membuat kita susah untuk tidak menonton pertandingan serunya.
Pemindahan jadwal dari bulan Mei-Juni-Juli ke bulan Nopember-Desember bakal menjadi kontroversi yang melawan kodrat yang paling dibenci oleh para pecinta bola dunia.Â
Bagaimana tidak? Kita harus membiasakan diri untuk lembur serta bekerja kembali dengan semangat, namun harus mewanti-wanti jadwal pertandingan agar tidak terlewatkan, apalagi tim favorit yang bakal mentas? Siap-siap untuk tidak fokus bekerja.
Walau memang sekarang banyak fasilitas yang menyediakan siaran ulang pertandingan, namun apapun ceritanya, pertandingan langsung dan live bakal lebih seru ketimbang kita menonton siaran ulang. Jadi catat tanggal dan jam main tim kesayangan Anda, jangan sampai kelewatan atau ketinggalan karena kecapekan atau kesibukan bekerja bukan?
Terakhir, apakah yang dikhawatirkan oleh Mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter bahwa penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah kesalahan besar akan jadi kenyataan? semoga tidak...semoga Piala Dunia Qatar menjadi ajang turnamen terbaik...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H