Isu paling menyita perhatian tentunya bagaimana banyaknya para pekerja imigran yang meninggal dunia selama pembangunan stadion di Qatar. Dilaporkan dari The Guardian bahwa banyak pekerja imigran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sri Langka meninggal sejak tahun 2010 sampai dengan 2020 dengan angka mencapai lebih dari 6.500 jiwa, ini belum termasuk dari Filipina dan Kenya yang tidak melaporkan jumlah pekerja imigrannya yang bekerja di Qatar.
Ini masuk akal mengingat Qatar harus menyelesaikan tujuh stadion yang berstandard FIFA yang layak untuk turnamen sekelas Piala Dunia dan juga mengebut pembangunan infrastruktur penunjang perhelatan akbar dengan proyek besar seperti bandara baru, jalan raya, sistem transportasi umum, hotel serta pembangunan infrastruktur di kota-kota yang dihunjuk jadi tuan rumah.
Cuaca Panas Selama Turnamen
Kita tinggalkan kasus mega suap tuan rumah Piala Dunia 2022 dan juga isu kematian para pekerja imigran, selanjutnya kontroversi penyelenggaraan yang melawan kodrat tentunya suhu, cuaca dan waktu penyelenggaraan yang diundur ke bulan Nopember 2022 ini dari biasanya dihelat dipertengahan tahun atau diakhir musim kompetisi Eropa.
Tahun ini, World Cup dihelat dibulan Nopember, bukan Juni-Juli seperti yang sudah-sudah, ini dikarenakan letak geografis Qatar yang berakibat pada cuaca cuaca ekstrem saat musim panas yang berlangsung di pertengahan tahun. Sementara di bulan Nopember diprediksi musim di Qatar memasuki musim dingin, sehingga diharapkan cuaca tidak terlalu panas dan pemain dapat memaksimalkan permainan dengan baik seperti di Eropa atau Asia.
Namun, lagi-lagi saat latihan pemanasan dan penyesuaian cuaca, dilaporkan timnas Inggris sudah tidak tahan dengan cuaca panas di Qatar. Terlihat dalam beberapa postingan di Instagram yang saya miliki, beredar video para punggawa The Three Lions berdiri di depan pendingin setelah menjalani latihan di Stadion Al-Wakrah yang saat itu suhu setempat menyentuh angka 33 derajat Celcius.
Sang pelatih Gareth Southgate sampai harus was-was dengan kondisi fisik pemainnya yang merasa kepanasan dan sulit mengembangkan kualitas latihan akibat kegerahan. Apakah ini bakal jadi sinyal pertandingan selama Piala Dunia ini akan kurang menarik karena banyaknya waktu yang akan dibutuhkan para pemain untuk minum dan beristirahat?Â
Inggris sendiri sangat berambisi untuk jadi juara karena tertunda di tahun 2018, apalagi hanya jadi finalis di Euro 2020 yang disingkirkan Italia secara menyakitkan?
Menonton Sambil Bekerja
Selain cuaca panas menyengat walau sudah memasuki musim dingin, tentunya turnamen yang biasanya dilakukan di pertengahan tahun yang juga tentunya bersamaan dengan libur semester.
Kini World Cup diselenggarakan di bulan Nopember, dimana para penikmat sepakbola dunia akan dibiasakan untuk lembur dan bakal tidak fokus bekerja karena adanya 'magnet' pertandingan-pertandingan seru antar negara yang bakal membuat kita susah untuk tidak menonton pertandingan serunya.