Selain untuk menghemat anggaran belanja negara, pemanfaatan Kompor Listrik ini juga sangat bermanfaat karena lebih ramah lingkungan, dapat mengurangi emisi karbon. Apalagi program ini sebagai wujud nyata dari energi terbarukan versi Indonesia sebagai wujud nyata dari sumbangsih negeri sebagai tuan rumah Presidensi G20.
Namun masalahnya apakah rakyat Indonesia sudah siap untuk menerima konversi LPG ke Kompor Listrik? Apakah PLN sanggup memberi suplay aliran listrik untuk seluruh rakyat Indonesia ketika sudah menggunakan Kompor Listrik?
Ini yang perlu dipikirkan, apalagi Kompor Listrik yang akan dibagikan ke 300.000 rumah tangga sebagai program awal ini katanya berdaya 1.000 watt. Lah, terus rumah tangga yang menggunakan listrik dengan kapasitas 450 sampai 900 VA harus dinaikkan semua?
Apakah biaya kenaikan tarif dari 450 sampai 900 itu menjadi 2.200 VA atau 3.300 VA itu gratis atau dibebankan kepada rumah tangga?
Jika dibebankan ke rumah tangga, maka akan banyak rumah tangga yang menolak. Hanya dengan daya listrik 900 VA saja, sekarang sudah banyak rumah tangga yang harus hemat listrik karena membengkaknya pengeluaran akibat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, konon lagi menggunakan Kompor Listrik, mau berapa lagi hitung-hitungan listrik yang harus dikeluarkan?
Sah-sah saja konversi ke Kompor Listrik, asalkan memang benar-benar untuk kepentingan dan kesejahteraan warga negara Indonesia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H