Kenapa? Karena sebenarnya ada banyak plus-nya ketika bersekolah di asrama, dimana banyak hal diajarkan kepada kita, diantaranya:
Belajar Hemat. Ya, uang bulanan yang diberikan orangtua harus dapat digunakan dengan sebaik dan seirit mungkin, karena tak gampang kala itu untuk meminta uang kepada orangtua, karena era itu, belum ada ATM, belum ada smartphone, uang digital dan sebagainya. Jalan satu-satunya waktu itu untuk menerima uang adalah lewat wesel pos dan pulang kampung untuk meminta kiriman dari orangtua.
Lebih Disiplin dan Lebih Tertib. Hal paling disyukuri ketika pernah mengenyam pendidikan di asrama adalah disiplin dan lebih tertib. Kita diatur oleh jadwal yang terstruktur dengan baik dan lonceng adalah tanda untuk melakukan sesuatu. Misalnya bangun pagi di pukul 04.30 setiap paginya diatur oleh lonceng yang digoyang-goyangkan ke telinga saya ketika saya belum bangun.
Lalu waktu mandi, ke kapel dan sarapan pagi, lalu belajar di kelas dan kembali ke kamar -- asrama -- untuk ganti baju, makan siang, istirahat, kerja bakti, olahraga dan mandi sore, kemudian ke kapel lagi, makan malam, belajar hingga kembali ke peraduan untuk istirahat untuk besoknya kembali melanjutkan rutinitas.
Begitulah seterusnya, kita didisiplinkan memanfaatkan waktu, mencintai waktu dan juga memaknai waktu sekecil apapun untuk masa depan kita. Yang paling saya syukuri ketika menempuh pendidikan di asrama adalah bagaimana saya begitu menghargai makanan.
Saya masih ingat pesan pembimbing atau senioritas yang mengatakan mari kita habiskan nasi sampai ke butir terakhir, usahakan agar di piring kita itu sebutir nasipun tak tersisa! Itulah kebiasaan yang sampai sekarang masih dapat saya pertahankan dan saya tularkan kepada anak-anak.
Usahakan ambil makanan secukupnya, lalu dimakan dan usahakan jangan ada tersisa di piring kita, mari kita hargai orang yang memberikan kita rezeki, memasak nasi dan lauknya dengan cara menghabiskan nasi dan lauknya sampai butir terakhir!
Mari kita sekolah sebagai lingkungan belar dan ramah bagi anak. Lingkungan sekolah, terutama sekolah berbasis asrama harus bebas dari kekerasan, perundungan, dan jauh dari sikap kompetitif dan permusuhan, apalagi masih ada keharusan senior mengintimidasi junior.
Guru dan murid harus saling menghargai, menghormati, mencintai dan melindungi. Sekolah, asrama dan lembaga pendidikan lainnya harus menumbuh-kembangkan budaya positif dan pendidikan anak secara holistik alias menyeluruh, baik itu individual, sosial, emosional dan spiritual. Memungkinkan anak berkomitmen untuk belajar dan berprestasi, menjaga nama baik sekolah, berkarakter baik, berbudi pekerti luhur, serta peduli pada keluarga dan masyarakat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H