Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangunan Kuat Tahan Gempa, Solusi Hadapi Gempa

30 Januari 2022   12:43 Diperbarui: 30 Januari 2022   12:52 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, berbagai bencana di Indonesia sebagian besar terkait secara langsung dengan proses geologi (geological seperti gempa bumi dan vulkanisme), proses hidro-meteorologi (hydrometeorological) seperti kekeringan, kebakaran, longsor, abrasi, erosi, angin topan, banjir, dan lain-lain.

Karakteristik Wilayah Indonesia terdiri dari lautan, perairan dan daratan serta memiliki banyak gunung api, lautan, selat, teluk, dan danau memberikan banyak pengalaman empiris tentang kejadian bencana yang memakan korban jiwa yang banyak.

Tidak hanya bencana meletusnya gunung merapi, tapi gempa bumi, bencana tsunami serta bencana alam lainnya telah memberikan pengalaman empiris bagi masyarakat lokal berupa kearifan lokal memprediksi dan melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya.   

Seperti yang dialami oleh masyarakat Banten dan sekitarnya baru-baru ini usai dilanda gempa bumi pada tanggal 14 Januari 2022 lalu.

Diberitakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) menjelaskan penyebab gempa magnitudo 6,6 yang terjadi di Banten pada Jumat (14/1) sore. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 7,21 derajat Lintang Selatan-105,05 derajat Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.

Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Guncangan gempa magnitudo 6,6 di Banten pada pukul 16.05 WIB, memiliki skala guncangan VI MMI atau getaran dirasakan oleh semua orang dan mengakibatkan kerusakan ringan, seperti dapat melepaskan tembok dan plesteran semen rumah.

Ribuan rumah dan puluhan bangunan publik rusak pasca gempa bumi melanda Banten dan sekitarnya. Gempa Bumi Magnitido 6,6 di Samudera Hindia sebelah Selatan Banten di tanggal 14 Februari 2022 telah mengakibatkan kerusakan yang sangat banyak merusak rumah dan bangunan warga. Kawasan Selatan Banten memang menyimpan potensi gempa bumi hingga Magnitudo 8,8 yang harus diantisipasi.

Hasil riset mengatakan bahwa ada sekitar 3.078 rumah rusak akibat gempa, sementara bangunan publik yang rusak, 51 gedung sekolah, 17 fasilitas kesehatan, 8 kantor pemerintahan, 3 unit tempat usaha, dan 21 tempat ibadah. Dari kerusakan gempa ini, apa yang mau dikatakan? Yah, Banten Selatan, terutama lokasi gempa tektonik ini butuh bangunan yang tahan gempa dan mitigasi pencegahan agar korban jiwa tidak banyak ketika suatu saat muncul gempa bumi kembali.

Gempa Akibatkan Runtuhnya Bangunan

Berdasarkan peta guncangang tanah (shakemap) yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dampak guncangan gempa bumi kali ini dirasakan cukup luas, bahkan getarannya sampai hingga Bekasi. Sebanyak 822 kecamatan atau sekitar 92 kabupaten di sekitar wilayah episenter gempa bumi, terdampak. Kekuatan guncangan ini dalam intensitas II hingga VI skala modified mercalli intensity (MMI).

Banyaknya bangunan yang rusak akibat gempa bumi, diakibatkan oleh bangunan tersebut tidak dapat mengantisipasi getaran tanah (ground motion) yang ditimbulkan oleh gempa. Besarnya getaran tanah akibat gempat dipengaruhi oleh sumber gempa, jalur penjalaran gelombang, dan kondisi tanah setempat.

Akselerograf di 66 stasiun pengamatan BMKG mencatat nilai percepatan tanah (PGA) akibat gempa kali ini bervariasi di sejumlah lokasi, yaitu 0,0990 hingga 193.3922 gals. Stasiun Wonosalam di Lebak, Banten, stasiun terdekat dari episenter gempa (102,24 km), mencatat nilai PGA maksimum 93,1078 gals. Nilai PGA terbesar, yaitu 193,3922 gals, dirasakan di Cikeusik yang berjarak 105,42 km dari episenter gempa.

Gempa Magnitudo 6,6 ini adalah sinyal bakal adanya gempa di zona penunjaman lempeng Samudra Hindia di selatan Banten yang jauh lebih besar, berdasarkan Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 2017. Setidaknya itu sudah disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Irwan Meliano.

Artinya apa? Kembali masyarakat sekitar selatan Banten harus siap-siap suatu saat di landa gempa bumi lagi. Siap secara mitigasi dan siap juga dengan bangunan-bangunan rumah yang tahan gempa.

Bangun Rumah Tahan Gempa

Kenaikan Magnitudo gempa bersifat eksponential, artinya gempa Magnitudo berkekuatan 8,8 bisa menghasilkan energi sekitar 2.000 kali dari energi yang dihasilkan oleh gempa berkekuatan Magnitudo 6,6. Jadi anjuran yang tepat adalah selalu siap sedia dan siapkan bangunan rumah yang tahan gempa.

Rumah tahan gempa itu rumah seperti apa? Tak dapat dipungkiri selain GPS yang menunjukkan aktivitas potensi gempa sebagai warning kepada masyarakat agar segera mengungsi menghindari potensi gempa, serta sebagai alat kesiapsiagaan menghadapi gempa, memperkuat bangunan agar tahan guncangan dan tata ruang wilayah pesisir yang mengantisipasi tsunami adalah solusi tepat agar selamat dari gempa.

Dari beberapa sumber yang diambil penulis, seperti dari rumah.com, ada empat desain rumah yang disarankan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang dapat dirancang dan dibangun sebagai rumah penduduk tahan gempa, diantaranya:

Growing House

Desain Growing House.sumber:rumah.com
Desain Growing House.sumber:rumah.com

Desain rumah ini merupakan karya mahasiswa UGM sebagai rumah yang bisa mengantisipas datangnya banjir serta tahan gempa. Desain rumah ini merupakan sebuah karya yang memenangkan sebuah sayembara desain yang diselenggarakan oleh negara Jepang.

Konsep ini sendiri terbagi menjadi tiga tahapan, yakni home for all, space for all, life for future. 

Tiga tahapan tersebut masing-masing memiliki makna. Tujuannya adalah mendesain sebuah bangunan rumah yang menambah ruang di dalamnya untuk beraktivitas tanpa mengurangi fungsi utamanya. Bagian luar rumah juga dimaksimalkan untuk aktivitas lain seperti berkebun, olahraga, dan bermain.

Dome

desain rumah Dome.sumber:rumah.com
desain rumah Dome.sumber:rumah.com

Sekilas bentuk dan desain rumah ini seperti rumahnya dalam film kartun Spongebob. Dan desain rumah di bawah laut ini menunjukkan kepada kita seperti apa bentuk bangunan yang tahan gempa.

Sudah terbukti, karena konstruksi rumah dengan ciri khas dinding dan atap yang saling menyatu ini diyakini memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap gempa bumi. Rumah Dome karya Prof. Nizam, M.Sc, Ph.D ini sudah diterapkan sebagai rumah mitigasi bencana di Dusun Nglepen, Prambanan, Kabupaten Sleman. Kunci utama dari rumah ini menerapkan konstruksi yang kokoh serta penggunaan material bangunan yang ringan, sehingga tidak mudah goyang saat gempa bumi dan angin kencang.

Barrataga

Desain rumah Barrataga.sumber:rumah.com
Desain rumah Barrataga.sumber:rumah.com

Barrataga alias Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa adalah bangunan dengan nuansa tradisional yang tahan gempa bumi. Mengapa? Karena bangunan ini dirancang sejak tahun 2000 dan di tahun 2006 telah dibangun sebagai respon atas gempa bumi yang melanda Jogja.

Barrataga artinya 'menyelematkan diri' dengan konsep Rangkat dari Barrataga terdiri dari beton kolom, balok tepi atas, balok bawah, kemudian balok lantai yang dihubungkan dengan simpul Barrataga agar tidak patah saat gempa melanda.

Aspek yang paling kuat dari bangunan ini adalah penguatan besi tulangan yang mengait satu sama lain. Menurut Sarwidi, rumah ini akan semakin kuat terhadap gempa jika menggunakan kayu atau bambu untuk bagian besi tulangannya.

Rancangan bangunan Barrataga ini digagas oleh pakar Rekayasa Kegempaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, yakni Prof. Ir. Sarwidi.

Risha

Desain rumah Risha.sumber:rumah.com
Desain rumah Risha.sumber:rumah.com

Singkatan dari Rumah Instan Sederhana Sehat, desain rumah ini terkesan sederhana karena proses pembangunannya tidak menggunakan semen dan batu bata, tetapi menggabungkan setiap panel beton dengan menggunakan baut. Itulah mengapa bangunan ini telah terbukti tahan terhadap gempa bumi.

Keuntungan lain, desain rumah ini menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah, menjadi korban bencana, dan rumah darurat. Walau begitu rumah ini tetap memiliki kualitas yang baik selayaknya rumah lain secara umum.

Inilah rancangan rumah yang bisa dipilih di sekitaran wilayah berpotensi terkena gempa bumi ataupun tsunami, sehingga bangunan gempa rumah warga tahan gempa, bukan runtuh atau rusak total sehingga kesannya 'gempa lagi, rusak lagi, bangun lagi', tapi cukup merenovasi bagian mana yang rusak akibat gempa, sehingga biayanya lebih sedikit yang dikeluarkan daripada bangun rumah yang baru usai gempa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun