Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masalah Gizi Buruk Sebabkan Stunting dan Obesitas, Langkah Pencegahan Sejak Dini

26 Januari 2022   12:12 Diperbarui: 26 Januari 2022   12:14 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Gizi Nasional, Waspada Ancaman Gizi Buruk.Sumber:kemkes.go.id

"Penanganan Stunting yang salah, bisa sebabkan anak obesitas", pernyataan ini sontak menjadi hal menarik untuk dipelajari oleh para orang tua maupun calon orang tua, agar anak-anak yang lahir di tengah-tengah keluarga mendapatkan gizi yang baik dan seimbang, sebab pemberian gizi yang buruk dan tidak berimbang mengakibatkan anak menjadi stunting.

Apakah karena pengetahuan orang tua yang kurang akan kebutuhan gizi anak? Atau memang faktor ekonomi, dimana orang tua tidak mampu membeli bahan-bahan makanan pokok bergizi untuk anak? Entahlah yang pasti hantu bernama gizi kurang mengakibatkan stunting dan kelebihan gizi mengakibatkan obesitas masih menghantui negeri kita ini.

Adalah masalah besar dan pemerintah fokus untuk penanganan persoalan gizi buruk yang mengakibatkan anak menjadi stunting, sebab stunting akan mempengaruhi generasi yang akan datang. 

Namun, ironisnya jangankan masyarakat, pejabat pemerintah atau pemangku kepentingan penting pun di negeri ini masih ada yang tidak mengerti apa itu stunting, sehingga tidak heran berpengaruh juga pada kebijakan yang diambil dalam penanganan masalah gizi buruk yang mengakibatkan stunting di daerah yang dia pimpin.

Jadi teringat kembali ketika debat Pilgub di Sumatera Utara tahun 2018 lalu, dimana dalam debat itu salah satu paslon bertanya kepada paslon lain, "langkah apa yang akan dilakukan paslon guna meningkatkan penurunan angka stunting terhadap tumbuh kembang anak di Sumut yang mencapai angka 16,6%?".  

Namun bukan jawaban yang dilontarkan oleh paslon tersebut, malah balik bertanya, "apa itu stunting? Saya terus terang tidak mengerti dan bla..bla..bla".

Masalah stunting memang menjadi masalah besar di negeri ini, dan pada Hari Gizi tahun 2022 ini pemerintah merencanakan pemberdayaan anak stunting dan obesitas di daerah-daerah terpencil dan ini akan menjadi perhatian bertepatan di hari Hari Gizi Nasional yang tahun ini jatuh di tanggal 25 Januari 2022 yang mengangkat tema tentang stunting dan obesitas.

Stunting dan Obesitas dan Pencegahannya

Apa itu stunting? Seperti pertanyaan Pak Edy kepada Pak Djarod di tahun 2018 lalu. Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun.

Sementara UNICEF lebih menyimpulkan stunting ini adalah sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis), hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.

Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan menyarankan agar orang tua, terutama ibu wajib memperhatikan kesehatan dan tingkat tumbuh anak, baik sebelum pun setelah melahirkan. Tujuannya agar anak terlihat apakah stunting, obesitas atau normal.

Menurut kemenkes.go.id, stunting berkembang jangka panjang karena kombinasi dari beberapa faktor, diantaranya; kurang gizi kronis dalam jangka waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh tingkat stress, dan sering mengalami infeksi di awal kehidupan seorang anak. Juga dipicu oleh kegagalan pertumbuhan yang terjadi di masa lalu.

Sementara gejala anak stunting memiliki ciri-ciri, seperti: anak berbadan pendek untuk anak seusianya, proporsi tumbuh cenderung normal tapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak usianya, dan pertumbuhan tulang tertunda, diakibatkan oleh asupan gizi kurang, terutama asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari disini dimulai dari sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.

Tak hanya itu, untuk mencegah stunting konsumsi protein juga sangat diperhatikan agar mampu mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. 

Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.

Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 -- 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Memastikan anak mendapatkan asupan protein yang cukup semenjak pertama kali mencicipi makanan padat pertama adalah kunci terhindar dari stunting.

Sementara obesitas atau kegemukan, tidak hanya disebabkan oleh kelebihan makan dan tidur, melainkan juga karena pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas. 

Akibat dari stunting terhadap obesitas bisa terjadi dalam jangka panjang, dimana penderita stunting akan mengalami obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Sementara jangka pendek dari stunting, hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran.

Untuk menghindari obesitas, maka dapat dilakukan dengan mengikuti hal-hal berikut, tentunya mengatur pola makan sehat dan bergizi, mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan, rutin berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, mengecek berat badan agar tetap ideal, dan konsultasi ke dokter apabila IMT alias Indeks Massa Tubuh diatas 27.

Sangat perlu mengetahui indeks massa tubuh kita agar bisa mengetahui apakah kita kategori obesitas, berat badan berlebih, normal atau di bawah normal.

Cara menghitung indeks massa tubuh dapat dilakukan dengan kalkulator berat badan ideal, yaitu dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat, dengan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan (m)2.

Menurut WHO, obesitas itu dikategorikan apabila IMT sama dengan atau diatas dari angka 30. Sementara IMT diantara angka 25 -- 29,9 dikategorikan berat badan berlebih, IMT di angka 18,5 -- 24,9 dikategorikan berat badan normal, dan IMT di bawah angka 18,5 kategori berat badan di bawah normal.

Penanganan Stunting di Sumut

Usai debat stunting di Pilgub 2018, Edy Rahmayadi berjanji untuk memperbaiki angka penderita stunting di Sumatera Utara. Langkah pertama yang dilakukan adalah Pemprov Sumatera Utara bekerja sama dengan Dinas Kesehatan mendata jumlah penderita stunting di Sumut.  

Mendata dengan benar-benar dan mencari tahu penyebabnya di Kabupaten yang ada di Sumut.  Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, dilaporkan sebanyak 32,4% anak balita di Sumut mengalami stunting. Lebih tinggi dari angka nasional yakni 30,8 %.

Setelah itu berkolaborasi dengan para stakeholder untuk memperbaiki gizi ibu-ibu hamil, terutama 1.000 hari pertama kehidupan bayi sejak kandungan sampai berumur 2 tahun.

Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang, sehingga para ibu-ibu hamil diajarkan tentang bagaimana pemenuhan gizi seimbang di keluarga. Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan bergizi, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.

Semoga di Hari Gizi Nasional 2022 ini ibu-ibu atau keluarga di Nusantara mampu lebih memahami dan memberikan gizi seimbang terhadap anak-anak di Indonesia sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa harus terkena stunting atau obesitas...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun