Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.
Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan menyarankan agar orang tua, terutama ibu wajib memperhatikan kesehatan dan tingkat tumbuh anak, baik sebelum pun setelah melahirkan. Tujuannya agar anak terlihat apakah stunting, obesitas atau normal.
Menurut kemenkes.go.id, stunting berkembang jangka panjang karena kombinasi dari beberapa faktor, diantaranya; kurang gizi kronis dalam jangka waktu lama, retardasi pertumbuhan intrauterine, tak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, perubahan hormon yang dipicu oleh tingkat stress, dan sering mengalami infeksi di awal kehidupan seorang anak. Juga dipicu oleh kegagalan pertumbuhan yang terjadi di masa lalu.
Sementara gejala anak stunting memiliki ciri-ciri, seperti: anak berbadan pendek untuk anak seusianya, proporsi tumbuh cenderung normal tapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak usianya, dan pertumbuhan tulang tertunda, diakibatkan oleh asupan gizi kurang, terutama asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari disini dimulai dari sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.
Tak hanya itu, untuk mencegah stunting konsumsi protein juga sangat diperhatikan agar mampu mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan.Â
Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori.
Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 -- 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Memastikan anak mendapatkan asupan protein yang cukup semenjak pertama kali mencicipi makanan padat pertama adalah kunci terhindar dari stunting.
Sementara obesitas atau kegemukan, tidak hanya disebabkan oleh kelebihan makan dan tidur, melainkan juga karena pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas.Â
Akibat dari stunting terhadap obesitas bisa terjadi dalam jangka panjang, dimana penderita stunting akan mengalami obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Sementara jangka pendek dari stunting, hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran.