Adalah kegembiraan besar dalam hidup ketika dapat merasakan kebahagiaan yang dipancarkan oleh saudara kita para Penyandang Disabilitas saat mereka dapatkan kesempatan pamerkan skill, kemampuan sebagai anugarah dari Sang Pencipta bagi diri mereka serta dapat mereka salurkan dan memberikan hiburan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar mereka.
Memang adalah tugas sangat berat bagi orang disekeliling para penyandang disabilitas, baik itu orang tua, guru, pembimbing dan juga para suster yang sepenuh hati mengajari, membina dan mampu membuat para penyandang disabilitas dapat mengenali dan mengeluarkan bakat dan kemampuan serta kelebihan dalam dirinya, ketika kita hanya melihat kekurangan mereka.
Dan ketika mereka bisa survive dengan kemampuan mereka serta dapat menghibur para tamu undangan dan mampu mengisi acara penting oleh karena kemampuan atau skill mereka?
Maka sejenak saya berkata dalam hati bahwa mereka adalah orang-orang penuh talenta dan memang sepertinya tidak memiliki kekurangan, itulah terlintas di benak saya ketika melihat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang mereka suguhkan saat acara Penutupan Santo Yosep oleh Yayasan Karya Murni Medan yang dipusatkan di Gereja St. Paulus Pasar Merah Medan, di hari Sabtu, 11 Desember 2021 dari pagi hingga sore hari.
Dimulai dengan Perayaan Ekaristi melibatkan seluruh anak-anak Penyandang Disabilitas yang menjadi siswa/i SLB-A, SLB-B, Panti Netra, dan penghuni Asrama Tuna Runggu, para Suster SFD, para guru dan pembimbing, serta tamu undangan via Whatsapp, Misa terselenggara dengan penuh syukur dan bermakna.
Tahun Santo Yosep sejatinya dicanangkan oleh Paus Fransiskus sendiri lewat Surat Apostolik "Patris corde" atau "Dengan Hati Seorang Bapa" dalam rangka memperingati 150 tahun deklarasi Santo Yosep sebagai Pelindung Gereja Semesta oleh Beato Paus Pius IX, maka untuk memperingati peristiwa tersebut, Bapa Paus Fransiskus mendeklarasikan bahwa sejak tanggal 8 Desember 2020 sampai 8 Desember 2021 adalah Tahun Santo Yosep.
Pentas Seni, Buktikan Kreativitas dan Kemampuan Disabilitas
Usai Perayaan Ekaristi, kami para undangan dibuat kagum oleh sambutan dan kehangatan yang diberikan oleh panitia dan juga persiapan oleh para siswa/i SLB-A, SLB-B, Panti Netra dan Asrama Tunarungu Yayasan Karya Murni Medan yang telah bersiap memberikan hiburan dalam tajuk Pentas Seni dan sekaligus pengumuman pemenang lomba memeriahkan Tahun Santo Yosep dengan berbagai kategori, diantranya: Menulis Cerita (Siswa-siswi), Membaca Puisi, Melukis, Tata Rias/Body Painting, Desain Grafis, Menulis Cerita (Guru, Karyawan/unit Pelatihan), Membordir, Mengukir Patung, Vocal Solo dan Paduan Suara. Â
Dengan Tema "Belajar dari Santo Yosef untuk Berani Secara Kreatif Memberdayakan Diri dan Sesama" dan Sub Tema "Unit-unit Yayasan Karya Murni Semakin Meningkatkan Kreatifitas, Inovatif dan Selektif Menggunakan Teknologi", dalam sambutannya Suster Desideria Saragih, KSSY mengatakan bahwa Perayaan Ekaristi dan Pentas Seni ini selain merayakan penutupan Tahun Santo Yosep dan peringatan Hari Disabilitas Internasional, juga sebagai bentuk rasa syukur atas prestasi yang telah ditorehkan oleh para siswa/i SLB Karya Murni dan juga harapan-harapan ke depan dan juga rasa terima kasih kepada para donatur yang selama ini telah membantu Yayasan Karya Murni dalam berkarya dengan penuh totalitas untuk mendidik dan mengasah keterampilan dari adik-adik Penyandang Disabilitas hingga bisa menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.
Tidaklah mudah ketika kita melihat bagaimana mereka mampu mengisi setiap acara sewaktu Ibadah Misa. Tarian Pembukaan, dimana adik-adik disabilitas ini, maaf yang tuli dan bisu mampu menyesuaikan suara gendang atau musik dengan gerakan-gerakan tarian. Pun, ketika (maaf) tuna netra mampu menyanyikan Mazmur dengan baik.
Belum lagi koor yang mereka bawakan sangat menyentuh dengan judul Persembahan Hati, membuat umat yang mendengar pasti merindung dan tak sadar meneteskan air mata. Sungguh anugerah Sang Pencipta, voice of angel bergema dan memberikan warna bagi kita yang melihat dan mendengar.
Pentas seni menampilkan kreativitas dan kemampuan yang telah terasah dengan baik. Dimulai dari vocal solo oleh siswi Disabilitas bernama Sharlly yang telah menjuarai beberapa lomba, bahkan oleh gurunya Sharlly ini memiliki kelebihan mampu menyanyikan lagu Tionghoa, cepat mempelajari lagu baru.
Yang membuat pentas seni semakin meriah adalah persembahan lagu dan tarian berjudul "Hela Rotan", dimana nyanyian dipersembahkan oleh adik-adik Tunanetra dan tarian pengiring lagu oleh Tunarungu. Kolaborasi nyanyian dan tarian ini telah membawa mereka menjuarai festival Bali International Choir Festival ke-10 secara virtual dengan mendapatkan dua medali emas.
Pun dengan Gondang Uning-Uningan mendapatkan sambutan luar biasa dari penonton. Tak kalah menariknya adalah adegan Pantomim yang menceritakan bagaimana Keluarga Nazareth, Bunda Maria dan Santo Yoseph dalam keseharian mereka.
Sungguh gerakan-gerakan mereka persis dan sudah hampir bisa dikatakan profesional. Semoga kelak mereka sukses semua dan mampu menjadi Pantomim Profesional yang mampu memenuhi kebutuhan dan tulang punggung keluarga tentunya.
Masih banyak lagi persembahan para adik-adik penyandang disabilitas ini yang luput saya tuliskan disini, namun bisa dilihat dan tentunya jangan lupa like dan subscribe chanel Yayasan Karya Murni Medan seperti yang saya ikutkan linkya di artikel ini.
"lebih meriah dan bermakna, bila dibandingkan dengan acara-acara perpisahan sekolah yang pernah saya lihat", gumam saya dalam hati melihat dan menyaksikan sepanjang Perayaan Ekaristi hingga hampir selesainya acara pentas seni yang diakhiri dengan penyerahan hadiah dan piagam penghargaan kepada para pemenang Lomba Penutupan Tahun Santo Yosep 2021 dengan berbagai kategori seperti yang saya sebutkan di atas.
Sayapun membayangkan bagaimana mereka mempersiapkan pentas seni ini agar berlangsung dengan sukses? Sungguh sangat dibutuhkan komitmen, effort, kerja keras, terlebih kesabaran dan kedamaian untuk menerima keterbatasan para adik-adik disabilitas ini. Pun keberanian, keikhlasan serta pengetahuan lebih untuk menumbuhkan kepercayaan diri para adik-adik penyandang disabilitas ini.
Pantaslah para guru-guru dan pembina, pun semua yang terlibat dalam meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuan para penyandang disabilitas ini mendapatkan joke seperti ini, "sudah selayaknya mereka masuk surga", mengingat bagaimana susah dan perjuangan berat untuk mendidik para disabilitas.
Dan 'sudah selayaknya mereka masuk surga', bukanlah sekedar joke, tapi memang pantas mengingat apa yang telah mereka hasilkan, Para Penyandang Disabilitas telah membuktikan apa yang menjadi Motto hidup mereka, "Venerate Vitam" yang artinya "Hormati (Hargai)-Lah Hidup".
Mereka telah memberi bukti bahwa Hidup Mereka Berharga Memberi Makna kepada Kita...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H