Walau belum memiliki Perda Disabilitas, namun beberapa perusahaan besar, Hotel, pun beberapa Salon di Kota Medan telah berani untuk menerima dan menggunakan jasa para penyandang disabilitas kota Medan.
Seperti PT Mega Power Electrindo, perusahaan bergerak di bidang mekanika dan elektrikal ini berani mempekerjakan hampir 10 penyandang disabilitas (tuna rungu) di setiap tahunnya.
Di situ mereka bekerja merakit komponen peralatan kelistrikan. Ternyata hasil pekerjaan mereka sangat memuaskan dan mendapat apresiasi dari perusahaan dengan penilaian bagus.
Hotel Santika juga sebelum pandemi Covid-19 telah mempekerjakan beberapa orang penyandang disabilitas, namun karena berkurangnya pengunjung hotel, maka sekarang tinggal satu atau dua orang saja yang bekerja dan tentunya setelah pagebluk Covid-19 ini mereda, keadaan normal, maka kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk bekerja di sektor formal juga makin terbuka.
Setidaknya harapan itu membuncah ditengah-tengah diskusi dengan tema "Tantangan Disabilitas di Dunia Kerja" yang berlangsung di Cafe Muchas Gracias tanggal 24 Nopember 2021 lalu yang diinisiasi oleh Suster Desideria Saragih, KSSY dan kawan-kawan dari SLB-A Karya Murni Medan.
Dalam diskusi yang diikuti oleh para pengusaha-pengusaha menengah ke atas Kota Medan tersebut terselip beberapa harapan untuk mempekerjakan para difabel, setidaknya itu harapan yang muncul kala pak Henry Jhon Hutagalung pengusaha sekaligus pemilik cafe yang selama ini merekrut pegawai kebanyakan mahasiswa.
"Mengapa tidak mencoba untuk menarik mereka (penyandang disabilitas) untuk menjadi pegawai saya yah?", begitulah ide yang muncul dari hasil diskusi tersebut.
Ya, walau Perda Disabilitas di Kota Medan belum terwujud juga, namun setidaknya dengan kegiatan positif seperti mengisi Hari Disabilitas Internasional dengan audiensi kepada Pejabat Negara seperti Gubernur, Walikota dan DPRD, bisa mengetuk hati mereka untuk mempercepat Perda dan memberikan bantuan nyata kepada para Difabel yang memang memiliki kemampuan dan skill ini.
Juga masyarakat menjadi semakin akrab dan mengenal potensi mereka sehingga muncul keinginan untuk merekrut para penyandang disabilitas ini menjadi pekerja formal dengan segala fasilitas yang didapat.