Teringat kejadian 12 tahun lalu, ketika itu Kaka bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite anak emas dan icon AC Milan plus salah satu gelandang terbaik di dunia kala itu memutuskan membelot ke Los Galaticos, Real Madrid.
El Real rela merogoh kocek seharga 67 Juta Euro dan jika kursnya disetarakan dengan transfer Zinedie Zidane pada tahun 2001, senilai 76 Juta Euro, maka nilai trasfer Kaka lebih fantastis dan pemain termahal dunia, walau hanya beberapa minggu bertahan usai Cristiano Ronaldo juga bisa dibajak Real Madrid dari Manchester United dengan transfer fantastis senilai 80 juta poundsterling.
Lantas apa yang mau dikatakan dari rekor-rekor transfer fantastis pemain top seperti Zidane, Kaka, Ronaldo hingga Messi sekarang ini?
Tak lain, selain faktor uang tentunya tantangan lebih besar dan menggoda di klub barunya.
Bagi pemain bintang pun pelatih kenamaan, dua faktor itu seringkali menjadi alasan mengapa mereka pindah. Tidak peduli mau di bursa transfer ataupun di tengah kompetisi seperti ini.
Kaka misalnya, pernah menyatakan kesetiaan untuk terus bermain di San Siro dan pensiun di klub ibukota Mode Italia itu, namun giuran uang bisa membuat seorang Kaka pindah.
Pelatih pun setali tiga uang dengan pemain. Pelatih rela pindah dengan dua alasan, pertama dianggap mampu menangani tim lebih besar dari tim yang dia latih sekarang.
Latar belakangnya tentunya rentetan prestasi dan kemampuannya mengorbitkan pemain biasa aja menjadi bintang kelas dunia, mampu meracik timnya bermain dengan kerjasama dan punyaa ciri khas serta strategi jitu dalam memenangkan pertandingan atau gelar, baik itu gelar di liga domestik maupun gelar di Liga Eropa sekelas Liga Champions, UEFA Cup maupun gelar Internasional.
Seperti paceklik gelar dialami oleh Barcelona misalnya. Usai ditinggal Guardiola ke Bayern Munich sebelum akhirnya jadi arsitek Manchester City sampai sekarang plus ditinggal Luis Enrique yang lebih memilih menangani Timnas Spanyol, El Barca karam ditangan Ronald Koeman dan dipecat digantikan oleh Xavi Hernandez dengan harapan mengembalikan kejayaan Barca dengan ciri khas Tiki-Takanya.
Trend Pelatih Jerman di Liga Inggris