Hasil restorasi film ini dapat ditonton di Medan berkat kerjasama antara Pusbangfilm dan Yayasan Manuprojectpro Indonesia yang mengundang berbagai kalangan, terutama kaum pelajar kota Medan untuk nonton bareng plus diskusi akan hasil film restorasi ini.
Acarapun dimulai dari jam 08 pagi. Ratusan pelajar kota Medan dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK hingga Mahasiswa sudah tidak sabar dan penasaran bagaimana jalan cerita film yang langsung mengingatkan kita akan lagu "Bintang Kecil", lagu wajib dinyanyikan semua umur.
Termasuk kedua anak saya, mereka tidak sabar dan penasaran akan poster-poster yang terpampang di depan pintu masuk teater.
"Pa, ayolah masuk", gumam si sulung, "Ia, ayolah pa", ujar adeknya.
Maka, sayapun kembali menghampiri ketua panitia untuk meloloskan tiket kedua anak yang kelupaan didaftarkan bapaknya.
Dari awal cerita, kita sudah disuguhkan dengan kualitas akting kelas atas para pemain film Bintang Ketjil, belum lagi kualitas gambar restorasi yang sangat jernih membuat film ini sangat berkelas dan tidak ketinggalan dengan film-film layar lebar yang penuh warna.
Akting para pemainnya membuat para penonton tertawa, kadang sedih dan kadang iba dengan permainan tiga aktor utamanya, Maria, Susi dan Bung Nana.
Dua anak perempuan, Maria diperankan oleh Maria Umboh, puteri dari Sutradara Wim Umboh, dan Susi, diperankan oleh Susi Sudrajat saat pulang sekolah bertemu dengan Bung Nana si penyemir sepatu yang selalu nongkrong di taman luar sekolah.
Bung Nana diperankan oleh Nana Awaludin tinggal bersama dengan Bang Mansyur di rumahnya dan bertekad untuk mencari uang yang banyak agar bisa membangun rumah dan membawa pulang kakak perempuannya dan neneknya yang tinggal di panti asuhan sesuai dengan wasiat ibunya yang telah meninggal.
Cerita menjadi sangat memukau penonton, ketika ketiga aktor utama film ini bermain akting dengan cemerlangnya, bagaimana tidak? Janji orang tua yang tidak ditepati menjadi awal bencana bagi keluarga Maria dan Susi.