Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi Dikelilingi Orang-Orang Hebat, Wajar Cakap Memimpin Indonesia

6 April 2019   14:14 Diperbarui: 6 April 2019   14:24 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Sekali Lagi Membuktikan Bahwa Kedekatan dan Pro Rakyat Kunci Keberhasilan Membangun Indonesia. sumber gambar: www.kompas.com

Terpana juga saya ketika membaca sebuah berita bahwa hasil survei penelitian yang dirilis oleh lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyatakan jika sebanyak 35,3 persen responden berusia 20-29 tahun lebih memilih paslon no 02 dibandingkan paslon 01 jika pemilu digelar saat ini juga.

Mereka diantara usia 20-29 tahun ini adalah pemilih yang berusia produktif dan sedang mencari kerja, sehingga mereka bisa saja tergiur oleh janji-janji palsu yang selama ini menjadi senjata paslon 02 dalam meraup suara.

Janji-janji memberikan lapangan pekerjaan, menurunkan harga sembako, mengucurkan dana desa langsung, menurunkan harga BBM, menaikkan gaji aparatur negara, menurunkan pajak, dan segudang janji-janji lain yang bikin air liur keluar itu ternyata sukses juga mengecoh warga negara yang sedang kesulitan mencari pekerjaan tetap.

Mereka lupa bahwa menjadi pemimpin itu bukanlah segampang membalikkan telapak tangan. Mereka lupa bahwa menjadi presiden itu bukan sekedar memberikan janji-janji manis untuk duduk manis dan tinggal perintah sana-sini dengan seenak perutnya. Dan ketika masalah datang tinggal lari ke luar negeri. Enak banget jadi presiden kalau seperti itu?

Presiden Hebat Karena Dikelilingi Menteri Hebat

Presiden itu pekerjaan yang sungguh berat, biar pak Jokowi aja, paslon 02 bakalan tidak sanggup! Kenapa? Karena rekam jejak paslon 02 sungguh tidak punya kapasitas yang mumpuni untuk meraih jabatan itu. Pengalaman berbicara, dipecat dari Kopassus dan menjadi 'anak emas' karena jadi mantunya pak Harto.

Sebuah kasus perceraian adalah suatu aib besar bagi keluarga, baik itu keluarga perempuan maupun laki-laki. Agama apapun saya rasa tidak menghendaki sebuah perceraian dan itu tidak terkecuali dalam diri paslon 02. Perceraian mengindikasikan bahwa sang lelaki tidak mampu mempertahankan prinsip, kesepakatan, ideologi, maupun visi dan misi rumah tangga yang sudah mereka bangun dan disatukan dalam janji suci perkawinan. Lalu membangun rumah tangga saja sudah susah apalagi membangun suatu negara?

Syukur karena kursi RI-1 dan RI-2 ternyata masih diduduki oleh orang-orang baik dari pelosok negeri ini. Kita seharusnya bersyukur karena pemimpin kita lahir dari orang-orang baik yang secara nyata bukan keturunan 'darah biru', kenapa tidak ada unsur 'darah biru'-nya?

Ternyata jika pemimpin memiliki 'darah biru', maka aura kesombongan, ketamakan, merasa raja paling berkuasa, merasa berat hati 'mengotori' tangan terjun ke lapangan bekerja dengan rakyat, maunya duduk diatas meja menunggu laporan bawahan alias -- asal bapak senang -- akan mengalir, sehingga program-pogram kerja untuk Indonesia maju tidak akan terwujud.

Oleh karena itu ketika pak Jokowi dan pak Jusuf Kalla terpilih, maka mari kita lihat ketika Indonesia sudah menemukan arah mengejar bangsa-bangsa lain untuk melaju dan bersiap menjadi Indonesia Hebat!

Ya, itu bukan pernyataan tanpa bukti, tetapi pernyataan dengan segudang bukti yang tidak cukup berlembar-lembar untuk menceritakan kisah kesuksesan pak Jokowi -- JK di lima tahun pertama ini.

Dimulai dari memilih menteri-menteri yang cakap di bidangnya, pak Jokowi --JK membagi porsi tugas yang mantap. Pak JK yang memang sudah berpengalaman di bidang administrasi pemerintahan pusat dengan menjabat jabatan yang sama di era SBY, menjadi aktor di Istana Kepresidenan untuk mengendalikan dan mengatur roda pemerintahan dari dalam.

Sementara pak Jokowi dengan style dan ciri khasnya, berbaju putih lengan panjang yang disingsingkan, beliau tidak lelahnya menjelajahi nusantara untuk memastikan apa yang penting, apa yang perlu, apa yang diinginkan oleh mereka selama ini. Beliau bekerja berpacu dengan waktu. Pagi di Sumatera, malamnya sudah ada di Papua! Begitulah hari-hari beliau untuk memastikan bahwa Indonesia harus bangkit dan maju di tangannya.

Akhirnya, kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur awal dari terwujudnya sila ke-5, "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" serta menuju majunya ekonomi rakyat, maka pak Jokowi mewujudkan pembangunan dari desa. Pulau Jawa bukan lagi primadona magnet pembangunan, tetapi desa menjadi prioritas pembangunan sehingga dengan modal infrastruktur, Indonesia bisa maju mengimbangi Cina, Korsel hingga Amerika.

Negara berdaulat setelah para Menterinya bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan dengan baik, itulah yang membuat pak Jokowi hebat di mata masyarakat Indonesia. Pendekatan ala pemimpin menganyomi, merakyat, tanpa menggunakan 'tangan besi dan tangan dingin' -- pak Jokowi -- sukses di tahun pertamanya.

Lihatlah operasi senyapnya dalam merebut kekayaan alam yang dikuasai asing membuat pak Jokowi disebut pemimpin paling berpengaruh di dunia. Menteri PUPR, Menteri Keuangan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kesehatan, hingga Menteri Luar Negeri memberi kontribusi maksimal dalam pemerintahan pak Jokowi -- JK.

Mempertahankan Pemimpin Hebat

Walaupun pak Jokowi sudah bekerja maksimal, tetap pak Jokowi tidak disukai oleh oknum-oknum atau sekelompok orang yang tidak suka Negara Indonesia Berdiri di Kaki Sendiri. Segala cara dilakukan agar pak Jokowi tidak memimpin Indonesia.

Baru-baru ini rival pak Jokowi malah makin membabi buta menyerang dengan tuduhan 'menteri pencetak utang', dan yang paling sadis munculnya kata 'bocor...bocor...anggaran bocor..bocorrrr'.

Ungkapan tak berkelas dan tanpa bukti itu sudah muncul di debat capres 2014 lalu. Lantas sekarang tuduhan itupun diungkap lagi. Kenapa? Ya itu tadi, untuk menakut-nakuti rakyat, mencari simpati dan menggoyah iman dan membuat mosi tidak percaya pada pemerintahan sekarang.

Pak Jokowi dan pemerintahannya lagi-lagi dipaksa untuk meredam hoaks 'bocor' tersebut. Dengan gentlemen pak Jokowi menjawab tudingan itu, "Kalau memang bocor sampai 25 persen, laporin saja ke KPK. Duit gede banget itu. Dulu 2014 coba diingat-ingat, 2014 katanya bocor Rp 7.200 triliun. Sekarang itu bocornya kalau 25 persen itu berarti Rp 500 triliun. Duitnya gede banget Rp 500 triliun," ujar pak Jokowi.

Jangan asal ngomong, tapi lagi-lagi berbasis fakta dan data. Untuk itu kita sama-sama mengawasi anggaran sehingga tidak terjadi lagi kasus korupsi dan mark-up proyek yang memang sudah menjadi penyakit nasional sejak dahulu kala.

"Jangan sampai sudah tanda tangan, semua partai sudah tanda tangan, kemudian baru ngomong Rp 500 triliun bocor! Bocor! Bocor! Bocor! Bocor! Bocor! Bocor! Bocor dari mana?" ujar pak Jokowi berapi-api disambut riuh ribuan Alumni SMA di Jakarta. Seperti dikutip dari berita Tribun News.

Pak Jokowi menerangkan, setiap tahun Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit terhadap APBN. Kebocoran anggaran pasti terdeteksi oleh BPK. Lebih lanjut pak Jokowi menyampaikan, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK, hampir 80 persen atau 80 dari 87 kementerian dan lembaga yang ada mendapatkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Jadi dimana letak kebocorannya pak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun