Ya, itu bukan pernyataan tanpa bukti, tetapi pernyataan dengan segudang bukti yang tidak cukup berlembar-lembar untuk menceritakan kisah kesuksesan pak Jokowi -- JK di lima tahun pertama ini.
Dimulai dari memilih menteri-menteri yang cakap di bidangnya, pak Jokowi --JK membagi porsi tugas yang mantap. Pak JK yang memang sudah berpengalaman di bidang administrasi pemerintahan pusat dengan menjabat jabatan yang sama di era SBY, menjadi aktor di Istana Kepresidenan untuk mengendalikan dan mengatur roda pemerintahan dari dalam.
Sementara pak Jokowi dengan style dan ciri khasnya, berbaju putih lengan panjang yang disingsingkan, beliau tidak lelahnya menjelajahi nusantara untuk memastikan apa yang penting, apa yang perlu, apa yang diinginkan oleh mereka selama ini. Beliau bekerja berpacu dengan waktu. Pagi di Sumatera, malamnya sudah ada di Papua! Begitulah hari-hari beliau untuk memastikan bahwa Indonesia harus bangkit dan maju di tangannya.
Akhirnya, kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur awal dari terwujudnya sila ke-5, "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" serta menuju majunya ekonomi rakyat, maka pak Jokowi mewujudkan pembangunan dari desa. Pulau Jawa bukan lagi primadona magnet pembangunan, tetapi desa menjadi prioritas pembangunan sehingga dengan modal infrastruktur, Indonesia bisa maju mengimbangi Cina, Korsel hingga Amerika.
Negara berdaulat setelah para Menterinya bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan dengan baik, itulah yang membuat pak Jokowi hebat di mata masyarakat Indonesia. Pendekatan ala pemimpin menganyomi, merakyat, tanpa menggunakan 'tangan besi dan tangan dingin' -- pak Jokowi -- sukses di tahun pertamanya.
Lihatlah operasi senyapnya dalam merebut kekayaan alam yang dikuasai asing membuat pak Jokowi disebut pemimpin paling berpengaruh di dunia. Menteri PUPR, Menteri Keuangan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kesehatan, hingga Menteri Luar Negeri memberi kontribusi maksimal dalam pemerintahan pak Jokowi -- JK.
Mempertahankan Pemimpin Hebat
Walaupun pak Jokowi sudah bekerja maksimal, tetap pak Jokowi tidak disukai oleh oknum-oknum atau sekelompok orang yang tidak suka Negara Indonesia Berdiri di Kaki Sendiri. Segala cara dilakukan agar pak Jokowi tidak memimpin Indonesia.
Baru-baru ini rival pak Jokowi malah makin membabi buta menyerang dengan tuduhan 'menteri pencetak utang', dan yang paling sadis munculnya kata 'bocor...bocor...anggaran bocor..bocorrrr'.
Ungkapan tak berkelas dan tanpa bukti itu sudah muncul di debat capres 2014 lalu. Lantas sekarang tuduhan itupun diungkap lagi. Kenapa? Ya itu tadi, untuk menakut-nakuti rakyat, mencari simpati dan menggoyah iman dan membuat mosi tidak percaya pada pemerintahan sekarang.
Pak Jokowi dan pemerintahannya lagi-lagi dipaksa untuk meredam hoaks 'bocor' tersebut. Dengan gentlemen pak Jokowi menjawab tudingan itu, "Kalau memang bocor sampai 25 persen, laporin saja ke KPK. Duit gede banget itu. Dulu 2014 coba diingat-ingat, 2014 katanya bocor Rp 7.200 triliun. Sekarang itu bocornya kalau 25 persen itu berarti Rp 500 triliun. Duitnya gede banget Rp 500 triliun," ujar pak Jokowi.