Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi "The Real Repairman", Indonesia Maju dan Sejahtera

28 Maret 2019   05:39 Diperbarui: 28 Maret 2019   11:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Repairman, Julukan Untuk Jokowi Yang Mampu Mengubah Wajah Indonesia. sumber: sindonews.com

"Orang Baik Pasti Pilih Pemimpin Baik".

Pastinya belum lekang dari ingatan kita ketika tanpa diduga, klub gurem sekelas Leicester City berhasil menggondol gelar juara Liga Primer Inggris musim 2015/2016 lalu. Ketika itu Leicester yang terseok-seok dan finis di peringkat 14, tiba-tiba menggila di musim berikutnya berkat tangan dingin seorang pelatih asal Italia bernama Claudio Ranieri.

Ya, berkat polesan pelatih yang kerap dijuluki the Repairman itu, Leichester City membuat sejarah baru. Dalam kehidupan sehari-hari memang kejutan selalu datang tanpa kita sadari dan duga sebelumnya. Ya namanya juga kejutan kan? Nah, dalam sekop yang lebih luas di Negara Indonesia ada juga kejutan yang membuat kita selalu berpikir di luar nalar, mengapa bisa? Wah kenapa harus dia? Apakah dia pantas? Dan selalu orang yang diremehkan, malah itu yang yang memenangi sebuah pertandingan atau pemilihan dalam sebuah kontestasi.

Tidak dapat dipungkiri awal tahun 2000-an setelah jatuhnya orde baru dan ditandai dengan datangnya awal orde reformasi, negara kita berada dalam keadaan yang morat-marit. Negara kita mengalami krisis dan mencoba bangkit lagi untuk dapat berdiri di kaki sendiri. 

Berbagai tantangan dan rintangan harus kita hadapi, mulai dari krisis berkepanjangan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat, kebakaran hutan, hingga banyaknya infrastruktur dari tahun ke tahun mangkrak dan tidak terealisasi dengan baik. Belum lagi maraknya kasus korupsi, perambahan hutan, alihfungsi hutan, hingga kekayaan laut kita yang di kuasai oleh kapal-kapal asing yang beroperasi di lautan kita.

Di tengah-tengah kondisi negara kita yang memang sedang tidak dalam performa bagus dan pada saat itu memang sudah harus memilih siapa pemimpin Indonesia lima tahun ke depannya setelah era SBY, maka tanpa diduga dan tanpa prediksi, muncullah ke permukaan sosok nama Joko Widodo.

Selama ini beliau hanya dikenal anak tukang kayu, si tukang kayu, Walikota Solo, serta hanya sebentar menjabat sebagai Gubernur DKI berpasangan dengan Ahok. Tidak ada yang menduga, kecuali insting bu Megawati putri dari Bapak Pendiri Bangsa ini, Ir. Soekarno yang mendapatkan wangsit bahwa Jokowi adalah solusi dari permasalahan bangsa ini.

Megawati memantapkan pilihannya, walau mendapat kritikan dari berbagai pihak yang meragukan akan kemampuan Jokowi nantinya. Belum lagi ketenaran beliau tidaklah ada apa-apanya dibandingkan dengan lawan politiknya. Tetapi itulah pertama kalinya dalam sejarah, seorang calon presiden berasal bukan dari partai politik asli dan sama sekali tidak mempunyai garis keturunan ningrat atau keturunan penguasa di negeri ini.

Anak laki-laki dari keluarga sangat sederhana, pasangan Noto Mihardjo dan Sudjiatmi, akhirnya menjadi presiden Republik Indonesia ketujuh. Dialah pak Jokowi, lelaki kurus yang mampu mencuri perhatian dunia dengan prestasi-prestasi terbaiknya sejak dari menjabat sebagi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga kebijakan-kebijakan beliau saat menjadi Presiden di Republik ini.

Lahir dari Rahim Ibu Pertiwi Menjadi Tukang Reparasi

Harus kita akui, Jokowi dengan segala kekurangannya telah mampu membuat banyak perubahan untuk Indonesia. Baik itu sedari jadi Walikota Solo dengan merubah wajah Surakarta menjadi kota cantik nan elok. 

Berkat polesan tangan dinginnya, Si pedagang antik dan furniture ini mampu mewujudkan impiannya bahwa suatu saat Surakarta setara dengan sejumlah kota hebat nan unik di dunia. Seperti Kota Zegreb (Kroasia), Budapest (Hungaria), maupun kota-kota di Eropa dan Asia.

Setiap kali beliau jalan-jalan ke luar negeri, Jokowi selalu bermimpi suatu saat akan mengubah wajah kota Indonesia seperti cantiknya kota yang dia kunjungi. Akhirnya, dimulai dari kota Surakarta yang diterima jadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia (OWHC) berkat pembangunan yang mengedepankan hati nurani dan pendekatan manusiawi untuk merelokasi para pedagang kaki lima dan menata kota Solo sehingga menjadi cantik nan ciamik. 

Sebagai ganjarannya? Pak Jokowi pun di daulat menjadi wali kota terbaik dunia bersanding dengan Ron Huldai (Wali Kota Tel Aviv, Israel), Edgardo Pamintuan (Wali Kota Angeles City, Filipina), Park Wan Su (Wali Kota Changwon City, Korea Selatan), dan Melih Gokcek (Wali Kota Ankara, Turki).

Sukses di Surakarta, pak Jokowi dapat kesempatan jadi Gubernur DKI. Lagi-lagi kebijakan dan tata cara kelola pemerintahan seperti di Solo kembali diterapkan di DKI. Blusukan menjadi andalan beliau untuk mengetahui langsung kondisi lapangan dan agar mampu berinteraksi serta menyerap apa sebenarnya yang dibutuhkan dan dikeluhkan oleh warga DKI.

Lagi-lagi berkat segala kebijakan-kebijakannya, pak Jokowi mampu menyulap DKI Jakarta menjadi kota yang lebih manusiawi. Bagaimana tidak? Hanya setahun menjabat sebelum jadi RI-1 pastinya, pak Jokowi berpasangan dengan Ahok alias BPT, mampu mereparasi kembali kota Jakarta sehingga lebih elok dipandang.

Jokowi dan Ahok sadar betul bahwa warga DKI banyak yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya dan berobat ke rumah sakit, mengingat biaya hidup di ibukota yang amat sangat tinggi dan tidak berimbang dengan gaji yang didapat. 

Maka program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) menjadi solusi awal mereka, lalu ada normalisasi waduk dan kali yang memang selama ini sangat kumuh dan tidak tahan akan banjir karena sampah dan pinggirannya dipenuhi oleh rumah penduduk dengan tujuan agar Jakarta terlepas dari banjir.

PKL sudah bukan rahasia umum lagi sumber kemacetan dimana-mana, tidak terkecuali di Tanah Abang, Pasar Minggu, dan Jatinegara. Dan hanya di era Jokowi-Ahok, PKL tunduk dan rela direlokasi ke Blog G Tanah Abang. Namun kini? Eh balik lagi mengakibatkan kemacetan luar biasa di tiga tempat tersebut.

Selain tata ruang kota yang lebih baik, tata kelola birokrasi juga diperbarui oleh duo macan ini. Janji kampanye untuk melaksanakan reformasi birokrasi agar tata kelola Pemprov DKI berjalan bersih, transparan, dan profesional, serta mempercepat dan memperpendek waktu pengurusan izin, paling lama hanya sampai enam hari kerja, di bayar tunai dan lunas.

Nah, yang paling oke tentunya Pembangunan MRT dan Monorel yang terkatung-katung selama 24 tahun, akhirnya, tanggal 24 Maret 2019 hari bersejarah dengan diresmikannya MRT tahap I menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia (HI) -- Lebak Bulus.

Ya, menjadi hari bersejarah dimana itulah awal terbentuknya peradaban baru, budaya baru, karena dengan beroperasinya Moda Raya Terpadu (MRT), maka kita diberikan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan dan beralih ke moda transportasi massal yang super cepat. Selain itu, juga dapat membangun budaya bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan, budaya ngantri dan berdisiplin dengan waktu, itulah harapan Jakarta ke depannya.

Pantas Disebut Mr Repairman

Lantas, mengapa pak Jokowi pantas disebut si tukang reparasi Indonesia?

Pertama, karena beliau dalam tempo yang cukup singkat, 4,5 tahun sudah mampu mengubah wajah Indonesia. Baik itu pembangunan infrastruktur maupun sumber daya manusia Indonesia. Pak Jokowi sadar betul, untuk membentuk Sumber Daya Indonesia yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing, bukanlah dengan memberikan bantuan-bantuan langsung tunai, menyuapkan subsidi langsung ke mulut rakyat miskin dan menengah, tetapi malah memberikan kail, bukan ikan.

KIP (Kartu Indonesia Pintar), KIS (Kartu Indonesia Sehat), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), hingga sim card Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) telah mampu membantu masyarakat Indonesia bisa lebih terfokus untuk meningkatkan taraf hidup mereka dari jeratan kemiskinan. Dengan kartu sakti itu, progam pemberian subsidi, bantuan bisa tepat guna dan tepat sasaran.

Kedua, mampu menyeimbangkan pembangunan infrastruktur di Barat, Timur, dan Jawa. Rahasia kesuksesan pak Jokowi dalam membangun Indonesia, berkat kegigihannya untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Rakyat Indonesia. Bukan rahasia umum lagi bila pak Jokowi itu mampu blusukan ke seantero tanah air tanpa merasa lelah dan capek. Beliau memastikan seluruh pembangunan infrastruktur sebagai urat nadi pertumbuhan ekonomi daerah dipacu dengan sebaik-baiknya.

Untuk mengurangi disparitas harga dan tekad mewujudkan BBM satu harga di Jawa dan Papua serta membangun konektivitas antar daerah maka infrastruktur jalan dibangun darimana-mana hingga terhubung dengan baik.

Ketiga, tentunya sikap tegasnya terhadap birokrasi kita yang selama ini bertele-tele dan terkesan sangat lambat untuk mendapatkan izin. Istilah "kalau bisa di perlambat, ngapain di percepat?", atau "semua urusan musti uang tunai", kini tidak ada lagi. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah telah membuat ratusan bahkan ribuan masuk penjara karena tertangkap tangan oleh KPK.

Mr Presiden telah mampu mereparasi pola pikir yang selama ini tertanam dengan pola pikir baru, tidak melindungi para koruptor dan memiliki etos kerja nyata, bekerja ikhlas untuk rakyat, sederhana, punya tekad kuat memajukan Indonesia.    

Imbasnya? Kini kita bisa menikmati buah dari pembangunan tersebut, terlepas suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa kurang lebih di pemerintahan I-nya, pak Jokowi-JK telah membuat perubahan berarti untuk kejayaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun